REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina memutuskan melarang pesta Natal, kegiatan nyanyian, dan pertemuan keluarga besar dalam upaya mengekang penyebaran penyakit virus corona (Covid-19). Filipina terkenal memiliki salah satu musim liburan terpanjang di dunia dari September hingga Januari.
"Pemerintah tidak mengizinkan pesta Natal, nyanyian Natal akan dilarang. Tidak akan ada pertemuan massal. Reuni keluarga dianggap sebagai pertemuan melibatkan banyak orang," kata Sekretaris Dalam Negeri Eduardo Ano dilansir dari Arab News pada Selasa (2/12).
Selama konferensi pers, juru bicara Malacanang Harry Roque mengatakan penduduk di daerah karantina komunitas umum (GCQ) diizinkan untuk mengadakan pertemuan dalam ruangan untuk maksimal 10 orang. Tapi jika melanggar ada sanksi yang siap dijatuhkan.
"Orang-orang yang terjebak dalam pertemuan massal saat musim Natal akan ditangani sesuai peraturan daerah. Minimal, mereka akan diminta untuk bubar. Tapi mereka bisa dikenai sanksi denda atau hukuman lain yang diatur dalam peraturan daerah (di daerahnya)," ujar Roque.
Pernyataan Roque disampaikan sehari setelah pidato Presiden Rodrigo Duterte yang mengumumkan wilayah ibu kota Filipina (Metro Manila) akan tetap di bawah GCQ hingga akhir tahun. Duterte mengatakan keputusan pemerintah tersebut didasarkan pada rekomendasi dari Satuan Tugas Antar-Badan untuk Manajemen Penyakit Menular yang Muncul (IATF-EID).
Bersamaan dengan Metro Manila, bagian negara lain termasuk provinsi Batangas, Kota Iloilo, Kota Tacloban, Lanao del Sur, Kota Iligan, Kota Davao, dan Davao del Norte juga akan ditempatkan di bawah GCQ. Namun, wilayah lain di Filipina akan terus mematuhi karantina komunitas umum yang dimodifikasi (MGCQ) sepanjang Desember.
Langkah tersebut mengikuti Menteri Kesehatan Francisco Duque III yang melaporkan tren penurunan kasus Covid-19 di negara tersebut pada Senin lalu. Sementara itu, Departemen Kesehatan yang berkoordinasi dengan pakar lain mengatakan, pihaknya sedang menganalisis penurunan jumlah infeksi.