REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan pada Kamis (4/12) mengutuk pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh dan meminta semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin.
“Kami menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada anggota keluarga Fakhrizadeh dan kepada rakyat Iran,” tutur Zahid Hafeez Chaudhri, juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, pada briefing mingguan.
Dia mengatakan Islamabad sangat mendesak "semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan menghindari peningkatan ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut." Fakhrizadeh, yang memimpin penelitian dan pengembangan nuklir di Kementerian Pertahanan Iran, tewas dalam pembunuhan berencana di pinggiran ibu kota Teheran pada 27 November.
Para pemimpin tinggi Iran, termasuk Presiden Hassan Rouhani, menuduh Israel melakukan serangan itu, bersumpah akan membalas tindakan tersebut. Sementara para pejabat militer Iran dengan tegas bersumpah akan "balas dendam secara keras".
Pemerintah Iran mengadopsi "strategi kesabaran", dengan menegaskan bahwa tanggapan keras tersebut "tidak akan berada di lapangan yang ditentukan oleh musuh." Fakhrizadeh, yang dilindungi badan keamanan Iran selama bertahun-tahun, dimakamkan di sebuah situs keagamaan di utara Teheran.
Pada 2011, sebuah laporan dari pengawas nuklir PBB mengidentifikasi Fakhrizadeh sebagai "tokoh kunci" dalam program nuklir Iran. Dia adalah satu-satunya pejabat Iran yang disebutkan dalam laporan itu.
Pada 2018, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menargetkan dia selama presentasi tentang program nuklir Iran, yang fotonya telah dibagikan secara luas secara daring atau online. Fakrizadeh adalah ilmuwan nuklir Iran kelima yang tewas sejak 2010, di mana Iran selalu menuding Israel atas semua serangan itu.
Dia adalah pejabat tinggi Iran kedua yang dibunuh tahun ini, setelah serangan udara AS yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani di Baghdad pada Januari lalu.