REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kota terbesar kedua di Australia, Melbourne membuka kembali penerbangan internasional setelah ditutup selama lima bulan karena pandemi virus corona. Kedatangan penumpang internasional Senin (7/12) itu akan menguji sistem karantina hotel negara bagian Victoria.
Sejak bulan Maret lalu, Australia telah menutup perbatasan mereka bagi yang bukan warga negara Australia. Tapi pada akhir bulan Juni, bandara di Melbourne berhenti menyambut kedatangan dari mana pun.
Setelah muncul klaster Covid-19 di dua hotel yang menjadi tempat para penumpang menjalani karantina. Ketika staf hotel terinfeksi virus dari orang yang baru pulang dari luar negeri Negara Baigan Victoria mencatat 20 ribu lebih kasus positif Covid-19.
Kegagalan kontraktor swasta menjalani protokol yang sudah ditetapkan dinilai sebagai penyebab kemunculan klaster tersebut. Ratusan orang terinfeksi setiap pekannya. Pemerintah negara bagian mengatakan kini polisi menegakan peraturan pembatasan sosial dengan standar yang lebih ketat.
Sistem baru itu akan menyambut warga Australia yang tiba dari Sri Lanka. Berdasarkan sistem karantina yang baru para penumpang tidak boleh meninggalkan kamar hotel hingga proses karantina selesai.
Ibu kota New South Wales (NSW), Sydney juga menerapkan sistem yang serupa. Negara bagian terbesar di Australia itu mengakomodasi ribuan orang yang baru pulang dari luar negeri tanpa mengalami klaster-klaster baru.
Bulan lalu, NSW tidak melaporkan kasus baru Covid-19 dan mulai melonggarkan peraturan pembatasan sosial mereka secara bertahap. Sejak pandemi di mulai Australia telah melaporkan 28 ribu kasus infeksi dan 908 kasus kematian. Saat ini mereka memiliki 44 kasus aktif yang sebagian besar sedang dikarantina di hotel.