REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae In berjanji menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk membendung penyebaran virus corona baru. Korsel mencatatkan lonjakan jumlah infeksi harian di negara itu mencapai rekor tertinggi 950 baru-baru ini.
Moon menyebut keadaan saat ini sebagai kondisi darurat negara. Moon meminta maaf karena gagal untuk segera menstabilkan situasi Covid-19. Padahal, tindakan pembatasan sosial sudah dilakukan dengan mengorbankan ketidaknyamanan warga dan kerusakan ekonomi.
"Kami akan menganggap ini sebagai situasi darurat dan mengerahkan upaya habis-habisan dalam waktu singkat, menggunakan semua kemampuan yang tersedia," katanya dalam pesan yang diposting di Twitter dilansir dari kantor berita Yonhap pada Senin (14/11).
Pada Sabtu lalu, Korsel melaporkan 950 lebih banyak kasus Covid-19, termasuk 928 infeksi lokal, meningkatkan total beban kasus menjadi 41.736. Moon mengatakan pemerintah pertama-tama akan memperkuat kemampuan pelacakan kontaknya, memobilisasi militer, polisi, dan pejabat administratif.
"Menemukan pasien yang terinfeksi adalah langkah paling penting untuk segera mengatasi krisis ini," ujar Moon.
Pemerintah Korsel berencana mendirikan pusat uji virus corona sementara di 150 tempat di daerah padat penduduk, seperti Stasiun Seoul. Pemerintah juga akan memperluas fasilitas uji virus drive-thru dan walk-through.
"Jika kita banyak memperbanyak tes seperti ini, jumlah pasien juga bisa meningkat. Tapi itu langkah preemptif untuk menemukan pasien yang terinfeksi dan mencegah penyebaran," ucap Moon.
"Ini krisis terakhir sebelum vaksin dan perawatannya keluar," kata Moon.
Sebelumnya, Perdana Menteri Korsel Chun Sye Kyun mengatakan negaranya tidak punya pilihan selain menaikkan pembatasan sosial ke level tertinggi hingga penyebaran virus corona diatasi. Jarak sosial Level 2.5, level tertinggi kedua di bawah skema lima tingkat, mulai berlaku pada Selasa besok (15/12) di wilayah Seoul, Provinsi Gyeonggi dan Incheon.