REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) pada Selasa mengutuk "dengan sangat keras" penculikan lebih dari 300 anak sekolah dari sekolah mereka di barat laut Nigeria. Washington sedang menyelidiki klaim tanggung jawab Boko Haram di balik penculikan lebih dari 300 anak sekolah itu, kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri.
Seorang pria yang mengidentifikasi dirinya sebagai pemimpin Boko Haram Nigeria mengatakan pada Selasa bahwa kelompok militan Boko Haram berada di balik penculikan lebih dari 300 anak sekolah, ketika orang tua yang cemas memohon kepada pemerintah untuk menjamin pembebasan mereka.
Murid yang melarikan diri dari penculikan pada Jumat mengatakan para penyerang dipersenjatai dengan senapan serbu Ak-47 dan mengumpulkan korban sebelum memboyong mereka. Murid tersebut lolos dari penculikan dengan melompati pagar sekolah menengah Ilmu Pemerintah di negara bagian Katsina di barat laut Nigeria dan melarikan diri melalui hutan.
Boko Haram, yang namanya berarti "Pendidikan Barat dilarang" dalam bahasa lokal Hausa, telah melancarkan pemberontakan di timur laut Nigeria sejak 2009 tetapi sebelumnya tidak mengeklaim serangan di barat laut. Klaim dalam rekaman audio tersebut, jika benar, dapat menandai pengaruh yang semakin luas dari kelompok-kelompok yang beroperasi di timur laut Nigeria, kata para analis politik.
Mereka menandakan bahwa para kelompok Boko Haram telah membentuk aliansi dengan kelompok-kelompok militan yang beroperasi di Sahel. Aliansi itu selanjutnya dapat mengguncang kestabilan di utara negara berpenduduk paling padat di Afrika yang memainkan peran penting dalam stabilitas regional.
Otoritas negara bagian Katsina mengatakan sekitar 320 anak laki-laki hilang dan pemerintah Nigeria mengatakan telah berbicara dengan para penculik, yang telah meminta tebusan dari setidaknya satu orang tua.
"Kami memohon kepada pemerintah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan mereka," kata Hajiya Ummi melalui telepon dari rumahnya di kota Bakori di Katsina. Ummi adalah orang tua dari siswa berusia 15 tahun, Mujtaba, yang termasuk di antara mereka yang hilang.
"Teman-temannya memberitahuku bahwa dia sedang sakit di tempat tidur ketika para bandit menyerang. Dia hampir tidak bisa bergerak tetapi mereka menyeretnya keluar bersama murid-murid yang diculik," katanya.