Ahad 20 Dec 2020 11:11 WIB

Pembatasan Natal oleh Hamas di Gaza Memicu Kontroversi

Hamas memberlakukan pembatasan Natal tahun ini

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Hamas memberlakukan pembatasan Natal tahun ini, Umat Kristiani di Gaza.
Foto:

Kelompok tersebut mengatakan bahwa keputusan tersebut adalah pelanggaran yang jelas terhadap Deklarasi Kemerdekaan [Palestina] dan Hukum Dasar Palestina, yang menetapkan penolakan Intoleransi dan menekankan hak semua untuk secara bebas menjalankan ritual keagamaan. Menurutnya, keputusan rasis yang dirilis Hamas dapat menimbulkan ancaman bagi perdamaian sipil Palestina, memprovokasi perselisihan sektarian.

Front Perjuangan Rakyat Palestina, kelompok politik PLO lainnya, juga mengutuk kebijakan dan tindakan gerakan Hamas yang menargetkan kebebasan publik dan hak yang dijamin hukum Palestina.

Karakteristik terpenting dari masyarakat Palestina adalah toleransi dan hidup berdampingan di antara semua komponen rakyat Palestina. Keputusan Hamas adalah serangan terhadap kebebasan dan pelanggaran serius terhadap hak-hak bagian integral dari rakyat Palestina kami," tulis kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Kelompok tersebut menuding keputusan Hamas tidak terkait dengan upaya membendung penyebaran COVID-19. "Ini menegaskan tanpa keraguan bahwa keputusan itu berasal dari visi sektarian yang sempit," tambahnya. Dia juga memperingatkan Hamas tentang bahaya kebijakannya yang menyebarkan racun perpecahan di antara orang-orang Palestina.

photo
Ilustrasi pohon Natal- (ANTARA/Didik Suhartono)

Kementerian Wakaf dan Urusan Agama yang dikendalikan Hamas pada Sabtu malam mengeluarkan "klarifikasi" terkait keputusan kontroversial tersebut. "Kebijakan kami didasarkan pada toleransi dalam Islam, yang mendukung kebebasan beribadah," kata kementerian itu.

“Umat Kristen di Palestina pada umumnya, dan di Jalur Gaza pada khususnya, adalah mitra di tanah air, perjuangan dan perjuangan, dan kami mewakili bersama mereka nilai-nilai tertinggi hidup berdampingan manusia dan memiliki hubungan strategis dengan mereka. Pemerintah [Hamas] mengamankan ritual keagamaan mereka dan melindungi gereja serta tempat perayaan mereka," jelasnya.

Menurut kementerian, dokumen tentang perayaan Natal itu ditujukan kepada umat Islam yang berpartisipasi dalam acara keagamaan non-Muslim dan tidak ada hubungannya dengan umat Kristen yang mengadakan perayaan mereka. 

Jumlah orang Kristen di Jalur Gaza telah menurun secara signifikan dalam dekade terakhir. Pada 2009, diperkirakan ada 3.000 orang Kristen di Jalur Gaza. Saat ini, ada kurang dari 1.000 orang yang masih tinggal di daerah kantong pesisir yang dikuasai Hamas.

 

Sumber: https://www.jpost.com/arab-israeli-conflict/gaza-news/hamas-bans-muslims-from-attending-christmas-celebrations-in-gaza-652637

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement