REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Vaksin yang dikembangkan oleh unit China National Biotec Group (CNBG) atau Sinopharm 79,34 persen efektif melindungi orang dari Covid-19. Perusahaan sedang mencari persetujuan peraturan untuk penggunaan publik umum di China, pengembang mengatakan pada hari Rabu.
Tingkat kemanjuran, berdasarkan analisis sementara uji klinis Tahap 3, lebih rendah dari tingkat 86 persen untuk vaksin yang sama yang diumumkan oleh Uni Emirat Arab pada 9 Desember, berdasarkan data awal dari uji coba di China.
Seorang juru bicara perusahaan menolak untuk menjelaskan perbedaan tersebut dan mengatakan hasil rinci akan dirilis nanti, tanpa memberikan batas waktu. Ada rilis terpisah dari data kemanjuran untuk pembuat vaksin China, kandidat Covid-19, yang sedang dipertimbangkan oleh banyak negara berkembang untuk kampanye inokulasi massal.
Pakar kesehatan memperingatkan bahwa hasil yang berbeda dapat merusak kepercayaan terhadap vaksin ini. Peneliti Turki mengatakan pada hari Kamis hasil sementara mereka pada vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China menunjukkan kemanjuran 91,25 persen hanya untuk melihat pembacaan yang membingungkan pada hari yang sama dari Brasil yang mengatakan kemanjuran vaksin itu antara 50 persen dan 90 persen.
Vaksin CNBG termasuk di antara lima kandidat vaksin paling maju dari China dalam hal pengembangan dan telah digunakan dalam program penggunaan darurat negara yang telah memvaksinasi ratusan ribu orang sejak Juli. Unit CNBG, yang disebut Institut Produk Biologi Beijing, mengatakan dalam sebuah pernyataan tingkat kemanjuran didasarkan pada analisis sementara data dari uji coba Tahap 3 dan telah diterapkan ke Administrasi Produk Medis Nasional untuk persetujuan bersyarat dari vaksin tersebut.
Hal itu tidak memberikan rincian seperti jumlah infeksi dalam percobaan, efek samping yang diidentifikasi, dan berapa banyak relawan yang diberi vaksin atau plasebo.
CNBG, anak perusahaan dari China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) yang didukung oleh negara, memiliki vaksin lain dalam uji coba tahap akhir dan keduanya telah disetujui untuk penggunaan darurat di China meskipun studi belum selesai, dilansir dari Reuters.