REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina tengah bernegosiasi dengan tujuh perusahaan pengembang vaksin agar mereka dapat menyediakan sedikitnya 148 juta dosis vaksin untuk disuntikkan pada tahun ini, sesuai target vaksinasi terhadap dua pertiga total populasi negara itu.
Carlito Galvez, pejabat berwenang dalam penanganan pandemi Filipina, mengatakan bahwa pemerintah berharap untuk mencapai kesepakatan dengan Novavax, Moderna, AstraZeneca, Pfizer, Johnson & Johnson, Sinovac Biotech, juga Gamaleya Institute pada bulan ini.
"Kami akan dapat membeli sedikitnya 148 juta dosis dari tujuh perusahaan. Namun, hal ini juga akan tergantung pada pasokan global," kata Galvez kepada media.
Sementara negara-negara kaya telah mengamankan hingga 80 persen dari dosis yang tersedia, kata dia, tanpa memberikan rujukan data.
Di samping itu, Filipina juga akan mendapat subsidi dosis vaksin dari mekanisme fasilitas global, COVAX, kata Galvez. Ia menambahkan bahwa tenaga medis, lansia, tentara, polisi, guru, dan pegawai pemerintah akan menjadi pihak yang diprioritaskan untuk mendapat suntikan vaksin gelombang pertama yang mungkin dapat dimulai secepat-cepatnya pada kuartal pertama 2021.
Sebelumnya, Filipina menargetkan 80 juta dosis dan walaupun telah melakukan pembicaraan dengan sejumlah produsen vaksin selama berbulan-bulan, negara itu baru mendapat stok aman sebanyak 2,6 juta dosis, yakni dari AstraZeneca, yang dibayar oleh kelompok sektor swasta yang akan memberikan setengahnya kepada karyawan mereka.
Pada Rabu (6/1), AstraZeneca mengajukan izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 miliknya di Filipina.
Otoritas kesehatan Filipina belum memberikan izin untuk vaksin Covid-19 manapun. Kabar mengenai pasukan keamanan Presiden Rodrigo Duterte yang divaksinasi pada September lalu telah menimbulkan kegemparan di kalangan aktivis dan legislator.