REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Otoritas kesehatan Taiwan, Rabu (13/1), membenarkan adanya temuan kasus pertama varian Covid-19 Afrika Selatan yang sangat menular. Kasus menimpa warga eSwatini yang kini dirawat di rumah sakit.
Menurut Central Epidemic Command Centre, infeksi tersebut dikonfirmasi pada Selasa oleh uji laboratorium. Pria asal eSwatini berusia 30 tahun itu tiba di Taiwan pada 24 Desember untuk bekerja. Ia mulai menunjukkan gejala saat karantina dan awalnya dinyatakan positif Covid-19 pada 3 Januari, berdasarkan penjelasan sebelumnya yang dirilis oleh pemerintah.
Negara kecil di Afrika selatan eSwatini, yang sebelumnya dikenal sebagai Kerajaan Swaziland, merupakan satu-satunya sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa di benua tersebut. Perdana Menteri Ambrose Dlamini meninggal di rumah sakit Afrika Selatan pada Desember lalu setelah terinfeksi Covid-19.
Secara terpisah, otoritas Taiwan pada Kamis mengatakan bahwa siapa pun yang tiba dari Afrika Selatan atau eSwatini, atau yang berada di negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari sebelumnya, harus menjalani karantina di fasilitas terpusat. Hal sama diberlakukan bagi pendatang asal Inggris.
Afrika Selatan melaporkan kembali puncak pandemi, yakni lebih dari 21.000 infeksi harian Covid-19 pekan lalu, sehingga totalnya menjadi 1,2 juta lebih, tertinggi di benua Afrika. Sementara itu, kematian Covid-19 kini mencapai 33.000 lebih.
Taiwan sejauh ini mengonfirmasi 843 kasus Covid-19, termasuk 7 korban jiwa. Hampir seluruh kasus Covid-19 di Taiwan berasal dari luar dan sekitar 100 orang kini dirawat di rumah sakit, dilansir dari Reuters.