REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kebakaran besar melanda kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, pada Kamis (14/1) dini hari waktu setempat. Ratusan tempat untuk menampung ribuan pengungsi ludes dilalap api.
Foto dan video di Kamp Nayapara menunjukkan dahsyatnya kebakaran. "Blok E benar-benar terbakar. Tidak ada yang tersisa, tidak ada yang selamat, semuanya terbakar," kata Mohammad Arakani, salah satu pengungsi Rohingya.
Insiden itu merupakan pukulan besar bagi sebagian besar pengungsi Rohingya yang telah hidup terkatung-katung. "Semua orang menangis. Mereka kehilangan semua harta benda mereka. Mereka kehilangan segalanya, terbakar habis," ujar Arakani.
Wakil pejabat pemerintah Bangladesh untuk urusan pengungsi Mohammed Shamsud Douza mengungkapkan petugas pemadam kebakaran baru dapat memadamkan api setelah berjibaku selama dua jam. Ledakan tabung gas dari tempat penampungan menjadi salah satu faktor yang memperlambat proses pemadaman.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan lebih dari 550 tempat penampungan untuk 3.500 pengungsi hancur total atau sebagian akibat kebakaran. Sebanyak 150 toko dan fasilitas milik organisasi nirlaba turut terbakar. "Pakar keamanan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki penyebab kebakaran," kata UNHCR.
Bangladesh diketahui mulai memindahkan sebagian pengungsi Rohingya ke sebuah pulau terpencil bernama Bhasan Char. Lebih dari 2.000 pengungsi telah direlokasi sejak Desember tahun lalu.
Mohammed Shamsud Douza mengatakan tanggul sepanjang 12 kilometer telah dibangun di Bhasan Char.Dia berharap tanggul tersebut bakal melindungi Bhasan Char dari banjir. Selain itu, Bangladesh pun telah membangun perumahan untuk 100 ribu pengungsi.
Mohammed menegaskan bahwa relokasi bersifat sukarela. "Tidak ada yang dipaksa pergi ke sana," ujarnya.
Saat ini terdapat sekitar 1,2 juta pengungsi Rohingya di Cox's Bazar. Mereka mulai mendatangi wilayah tersebut pada Agustus 2017. Hal itu terjadi setelah militer Myanmar melakukan operasi brutal untuk menangkap gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.