REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar penyakit menular AS Anthony Fauci mengungkapkan kelegaannya usai mantan presiden AS Donald Trump meninggalkan Gedung Putih, Kamis (21/1) waktu setempat. Fauci merasa bebas karena dapat berbicara kebenaran ilmiah tentang virus corona tanpa takut akan dampak dari Trump.
"Salah satu hal yang akan kami lakukan adalah menjadi sepenuhnya transparan, terbuka, dan jujur," kata Fauci kepada wartawan seperti dikutip laman The Guardian, Jumat (22/1). "Jika ada yang salah, jangan menunjuk jari, tapi perbaiki, dan untuk membuat semua yang kami lakukan berdasarkan sains dan bukti," ujar direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Amerika Serikat melanjutkan.
Fauci memang telah mengalami hubungan tak akur dengan Trump. Dia dikesampingkan dari pengarahan publik saat Trump memimpin.
Namun, pakar berusia 80 tahun itu kembali ke podium Gedung Putih pada Kamis (21/1) setelah Presiden baru AS Joe Biden merilis strategi nasional tentang Covid-19. Biden juga menandatangani 10 perintah eksekutif untuk memerangi pandemi yang kini telah merenggut lebih dari 400 ribu nyawa di seluruh AS.
"Itu benar-benar percakapan yang saya lakukan 15 menit yang lalu dengan presiden dan dia telah mengatakannya beberapa kali," ujar Fauci.