REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Iran mengumumkan telah menguji coba peluncuran roket pembawa satelit, Senin (1/2) lalu. Forbes melaporkan, roket itu dapat membawa hulu ledak nuklir.
Sementara, media Barat lain mengindikasikan, peluncuran itu dilakukan ketika pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Joe Biden tengah membahas kesepakatan nuklir dengan Iran.
Peluncuran roket pembawa satelit ini menandakan kekuatan program rudal Iran kepada AS dan juga berpotensi mengancam Israel. "Ini perkembangan yang penting," ujar Tal Inbar, Kepala Pusat Penelitian UAV di Fisher Institute for Air and Space Strategic Studies hingga 2019.
Tal Inbar adalah analis independen untuk rudal, UAV, dan luar angkasa. Dia sering meliput teknologi rudal baru Iran. Dalam peluncuran ini, menurut dia, Iran memperkenalkan kendaraan peluncuran yang benar-benar baru.
"Kami mengetahuinya dari sumber Iran lebih dari setahun yang lalu, dan itu ditembakkan dan diluncurkan tanpa satelit sebagai uji terbang, dan itu adalah kendaraan peluncuran tiga tahap," ujar Inbar dikutip laman The Jerusalem Post, Kamis (4/2).
Roket pembawa satelit hybrid dinamakan Zoljanah untuk pengujian suborbital. Yang menarik, tahap pertama dan kedua dari roket tersebut menggunakan bahan bakar padat. Benda itu berukuran 1,5 meter dengan diameter dan ini roket padat terbesar di gudang senjata Iran. "Roket atau SLV (Satellite Launch Vehicle) adalah perkembangan baru," kata Inbar.
Peluncuran baru oleh Iran terjadi di tengah pemberitaan tentang ancaman Iran, termasuk ke Israel, serta diskusi seputar Washington yang hendak bergabung kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015. Ada indikasi yang menunjukkan bahwa Washington ragu sebelum tunduk pada tuntutan Iran.
Sementara itu, Israel telah mengingatkan Iran tentang ambisi senjata nuklirnya yang berkelanjutan. Iran telah memperingatkan Israel untuk tidak menyerang.
"Ini bukan hanya uji coba terbang asli dari kendaraan satelit, tetapi juga sinyal ke AS, Eropa, dan Israel," kata Inbar.
Pertanyaan besarnya, apakah alat itu berpotensi sebagai kendaraan peluncuran satelit atau malah bisa membawa rudal? Inbar bertanya-tanya, ini bukan ICBM (rudal balistik antarbenua), tetapi bisa menghasilkan bahan peledak tinggi beberapa ribu kilometer.