REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengunjungi Moskow, Rusia. Ia akan menggelar pertemuan dengan Kremlin saat pihak berwenang Rusia terus melakukan penangkapan massal terhadap pendukung kritikus pemerintah, Alexei Navalny.
Kunjungan mantan Menteri Luar Negeri Spanyol itu menjadi kunjungan pertama utusan Uni Eropa ke Rusia sejak 2017 lalu. Hubungan Uni Eropa dan Rusia membeku setelah Moskow melakukan aneksasi ke Krimea dan mendukung pemberontak di Ukraina pada 2014.
Borrell mengatakan ia akan menyampaikan 'pesan yang jelas' ke Moskow mengenai isu hak asasi manusia dan penangkapan Navalny, yang terkenal sebagai kritikus Presiden Vladimir Putin yang vokal. Sejumlah negara anggota Uni Eropa mengkritik kunjungan tersebut.
Mereka menilai Rusia dapat menjadikan kunjungan itu sebagai bukti Uni Eropa berniat tidak memperpanjang ketegangan. Moskow mengabaikan seruan Uni Eropa yang meminta Navalny dibebaskan.
Borrell berharap Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bersedia bekerja sama atas isu perubahan iklim dan membangkitkan kembali kesepakatan nuklir Iran. Borrell sudah meminta Moskow membebaskan Navalny yang divonis tiga setengah tahun penjara. Tapi Rusia sudah memperingatkan akan menentang upaya Borrell menjadikan pertemuannya dengan Lavrov untuk membebaskan Navalny.
"Kami berharap agar upaya tak masuk akal menghubungkan prospek hubungan Rusia-Uni Eropa dengan narapidana tidak akan terjadi," kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov seperti dikutip Deutsche Welle, Kamis (4/2).
Peskov mengatakan Moskow 'siap melakukan apa pun' untuk mengembangkan hubungan dengan Brussel. Tapi, Kremlin tidak siap 'untuk mendengarkan saran' dalam isu Navalny.
Borrell berencana untuk bertemu dengan pemimpin-pemimpin masyarakat sipil. Setelah Kremlin menolak upayanya bertemu dengan Navalny. Menteri Luar Negeri anggota Uni Eropa sepakat untuk menggelar rapat pada 22 Februari untuk membahas tindakan lebih lanjut bila Navalny belum juga dibebaskan.