REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Mantan kandidat presiden dan miliuner Amerika Serikat (AS) Michael Bloomberg kembali terpilih sebagai utusan khusus PBB di bidang perubahan iklim. Tugasnya terlibat dalam isu pemanasan global dengan pemerintah dan pengusaha di seluruh dunia.
"(Bloomberg) akan melibatkan pejabat pemerintah dan anggota sektor swasta dan masyarakat sipil untuk memfinalisasi dan mengimplementasikan rencana, terutama negara-negara, industri dan sektor beremisi tinggi, untuk mengakselerasi transisi menuju ekonomi energi bersih," kata PBB dalam pernyataannya, Jumat (5/2).
Bloomberg yang sudah lama melakukan kampanye dalam isu perubahan iklim ini sudah menjabat di posisi itu sejak 2018. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ingin mantan Wali Kota New York itu 'lebih kuat dan lebih ambisius dalam memobilisasi tindakan penanggulangan perubahan iklim'.
Pada November mendatang PBB akan menggelar pertemuan perubahan iklim. Pertemuan yang ditunda karena pandemi virus Corona itu menjadi momen kunci dalam upaya internasional menahan pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Pertemuan itu digelar enam tahun usai pembentukan dan penandatanganan Perjanjian Perubahan Iklim Paris. Negara penandatangan perjanjian tahun 2015 itu berjanji memotong emisi gas rumah kaca mereka agar suhu udara dunia tidak naik diatas 2 derajat Celsius yang idealnya 1,5 derajat Celsius pada akhir abad ini.
Guterres meminta pemerintah di seluruh dunia menyesuaikan kebijakan ekonomi mereka dengan upaya memotong emisi gas rumah kaca pada tahun 2050.