REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki pada Jumat mengatakan bahwa institusi keluarga adalah kunci untuk masa depan suatu negara. Basis negara-negara Barat, kata Erdogan, terguncang karena kurangnya menjaga institusi tersebut.
“Keluarga adalah struktur sakral bagi Turki,” kata Presiden Recep Tayyip Erdogan kepada kongres perempuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) melalui konferensi video seperti dilansir Anadolu, Sabtu (6/2).
Erdogan mengatakan dunia Barat terguncang dari dasarnya karena menghancurkan institusi keluarga. “Rusaknya institusi keluarga diikuti oleh banyak masalah sosial, mulai dari alkohol dan narkoba hingga nihilisme,” tekan Erdogan.
Dia mengatakan pemerintah memberikan dukungannya kepada setiap keluarga dengan layanannya untuk perempuan, anak-anak, pemuda, orang tua, dan orang cacat. “Keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja mencapai lebih dari 31 persen,” kata dia, seraya menambahkan bahwa mereka 60 persen sebagai guru dan 40 persen sebagai pekerja publik.
Baca sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/erdogan-sebut-kerusakan-struktur-keluarga-guncang-pondasi-barat/2135709
Erdogan mengatakan perempuan juga menjadi lebih terlihat dan efektif dalam politik.
Demonstrasi di Universitas Bogazici
Menyinggung demonstrasi baru-baru ini di Universitas Bogazici di Istanbul, Erdogan mengatakan sekelompok anak muda terlibat dalam permainan semacam itu melalui provokasi eksternal. “Tidak ada yang berhak memprovokasi rumah-rumah ilmu pengetahuan ini dan meneror tempat-tempat ini, dan kami tidak akan mengizinkan ini,” tegas dia.
Protes meletus di Istanbul terhadap penunjukan rektor baru Universitas Bogazici, Mehmet Bulu, dengan sekelompok mahasiswa yang menyerukan pengunduran dirinya.
Demonstrasi semakin meningkat ketika dua mahasiswa Universitas Bogazici ditahan karena memajang lukisan yang diduga menyinggung nilai-nilai Islam di lingkungan universitas.
Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Ismail Catakli pada Kamis, total 528 orang telah ditahan di 38 provinsi sejak 4 Januari selama protes. "Dua dari mereka ditahan di tahanan sementara 390 dibebaskan," kata dia.
Sebanyak 108 dari mereka yang ditangkap kemudian dibebaskan dengan syarat kontrol yudisial. Pada Selasa, Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan 79 dari mereka yang ditangkap adalah anggota organisasi teroris, termasuk kelompok kiri DHKP/C dan TKP-ML.