REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Unjuk rasa menentang kudeta militer Myanmar memasuki hari kelima. Pengunjuk rasa di negara Asia Tenggara itu semakin kreatif dalam menyuarakan pendapatnya.
Sebelumnya banyak pemuda-pemudi Myanmar yang sudah menulis frasa-frasa komedi di spanduk unjuk rasa mereka. Seperti 'mantan pacar saya buruk, tapi militer lebih buruk lagi'.
Pada Rabu (10/2) BBC melaporkan generasi muda Myanmar semakin kreatif dalam menggelar aksinya. Seperti perempuan-perempuan muda yang menggunakan gaun pesta dalam unjuk rasa di kota Yangon. Para gadis muda itu menyebut diri mereka sebagai 'putri'.
Salah satu 'putri' mengatakan pada surat kabar Frontier Myanmar mereka ingin 'menunjukkan perempuan muda juga berpartisipasi' dalam protes menentang kudeta 1 Februari. Namun tidak hanya putri-putri ini yang turun ke jalan menuntut militer mengembalikan kekuasaan ke pemerintah sipil, aksi kreatif juga dilakukan sekelompok orang yang duduk di bak karet sambil memegang spanduk. Mereka menjelaskan mengapa peristiwa dalam 10 hari terakhir ini membuat mereka 'sedikit kesal'.
Beberapa hari terakhir puluhan ribu orang turun ke jalan untuk menentang kudeta walaupun pemerintah militer sudah melarang masyarakat berkumpul. Pengunjuk rasa tidak mundur dengan kekerasan yang polisi lakukan terhadap demonstran di ibukota Nay Pyi Taw.
Baca juga : In Picture: Warga Myanmar Lanjutkan Aksi Unjuk Rasa Menolak Kudeta
Seorang perempuan yang ikut unjuk rasa pada Selasa (9/2) kemarin dalam keadaan kritis di rumah sakit. Kelompok hak asasi manusia mengatakan kepala perempuan itu terkena tembakan peluru tajam. Sejumlah pengunjuk rasa pada Rabu ini memegang spanduk yang menyinggung peristiwa itu.
Banyak pengunjuk rasa yang memakai kostum pahlawan super di film-film Marvel, kostum hantu dan karakter-karakter di Harry Potter. Sebagian pemenang Kontes Kecantikan juga turun ke jalan beserta dengan mahkota dan gaun mereka.
Sementara sekelompok pengunjuk rasa yang bertelanjang dada membuat heboh media sosial. Gelombang demonstrasi Myanmar kali ini sangat berbeda dengan perjuangan meraih demokrasi sebelumnya di negara itu. Generasi yang turun ke jalan kali ini telah mencicipi kebebasan dan akses internet yang lebih baik.
Kudeta militer sudah mendapat kecaman dari masyarakat internasional. Tapi kostum dan spanduk-spanduk lucu dari generasi muda membuat protes di Myanmar menjadi lebih relevan bagi masyarakat global yang menyaksikan perjuangan mereka.