Sabtu 13 Feb 2021 16:36 WIB

Joe Biden Cemas dengan Hasil Sidang Pemakzulan Donald Trump

Joe Biden khawatir dengan keputusan yang diambil senator-senator Partai Republik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Presiden AS Joe Biden
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden AS Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui ia cemas dengan hasil sidang pemakzulan Donald Trump yang kedua. Ia khawatir dengan keputusan yang diambil senator-senator Partai Republik.

"Saya cemas untuk melihat apa yang dilakukan teman-teman dari Partai Republik," kata Biden, Jumat (12/2) kemarin.

Baca Juga

Pada 13 Januari lalu, House of Representative yang dikuasai Partai Demokrat memakzulkan Trump untuk kedua kalinya. Mantan presiden itu, didakwa mendorong pendukungnya menyerang Capitol Hill untuk mencegah Kongres meresmikan kemenangan Joe Biden.

Pemakzulan itu didukung 10 orang anggota House dari Partai Republik. Tapi Trump hanya bisa dinyatakan bersalah bila dua pertiga dari 100 Senator menyatakan bersalah. Artinya, Partai Demokrat membutuhkan 17 suara anggota Senator untuk mencegah Trump kembali menduduki jabatan publik.

Dalam sesi argumen pekan ini sejumlah anggota House of Representatives dari Partai Demokrat memperlihatkan video dan cicitan Trump yang menunjukkan ia menyebarkan klaim palsu mengenai kecurangan pemilu sebelum penyerangan 6 Januari lalu. Anggota House dari Demokrat mengatakan seperti yang ditunjukkan dalam siaran televisi Trump mengajak pendukungnya datang ke Washington dan memerintahkan mereka untuk menggelar unjuk rasa serta tidak melakukan apapun saat kekerasan terjadi.

Pengacara Trump, Michael van der Veen mengatakan Partai Demokrat menggunakan standar ganda dalam mendakwa Trump. Ia mengatakan sejumlah tokoh Partai Demokrat 'mendorong dan mendukung' kekerasan selama gelombang unjuk rasa anti-rasialisme pada musim panas tahun lalu.

"Mereka jelas menunjukkan oposisi mereka terhadap massa dan pandangan mereka mengenai penggunaan Garda Nasional tergantung dengan pandangan politik," kata Van der Veen.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement