REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang hanya akan menerima sejumlah dosis vaksin COVID-19 secara terbatas di bulan pertama program vaksinasi. Hal ini membuat dosis yang diperuntukkan bagi lansia didistribusikan secara bertahap.
Pfizer, produsen vaksin COVID-19 satu-satunya yang telah mendapat izin di Jepang, tengah meningkatkan produksi di Eropa. Namun, penambahan pasokan tersebut tidak akan tiba di Jepang setidaknya hingga Mei mendatang.
"Kami rencananya akan memulai vaksinasi bagi lansia pada April, namun sayangnya jumlah dosis yang dialokasikan untuk mereka akan sangat terbatas di awal, sehingga kami ingin memulainya secara perlahan," kata Menteri Reformasi Administrasi Taro Kono, dilansir dari reuters, Senin (22/2).
Dalam wawancara dengan NHK, Jepang sudah bernegosiasi untuk bisa mendapatkan lebih dari 500 juta dosis vaksin COVID-19 dari produsen negara Barat. Tetapi regulator dalam negeri baru memberi izin untuk satu vaksin saja sejauh ini.
Jepang juga masih bergantung pada pasokan impor yang terkendala masalah produksi serta peraturan ekspor. Sejak Kono diminta memimpin program vaksinasi di Jepang pada bulan lalu, ia menolak memberikan jadwal yang pasti mengenai kedatangan dosis vaksin dan kapan akan didistribusikan.
Walaupun begitu, pemerintah telah berjanji untuk mengamankan dosis yang cukup bagi seluruh populasi sejumlah 126 juta jiwa pada Juni nanti.Dengan Pfizer, Jepang telah bernegosiasi untuk mendapat 144 juta dosis pada tahun ini, dan pengiriman kedua dengan jumlah sekitar 450.000 dosis telah tiba pada Ahad.
Kampanye vaksinasi dijalankan mulai pekan lalu, dengan para dokter dan perawat yang pertama mendapatkan suntikan vaksin. Pemerintah memprioritaskan vaksinasi untuk sekitar 4,7 juta petugas medis, lebih satu juta dari yang diperkirakan sebelumnya.