REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa pada Rabu (24/2) mengatakan akan membuat sebuah gudang seperangkat data untuk mengantisipasi dan beradaptasi dengan peningkatan dampak perubahan iklim. Seiring dengan upaya negara-negara Uni Eropa untuk menghilangkan emisi gas rumah kaca pada 2050, mereka masih akan menghadapi dampak terkait iklim selama beberapa dekade, yang berasal dari emisi tahun-tahun sebelumnya.
Eropa tahun lalu mencatat rekor suhu terpanas, yang melengkapi dekade terpanas di dunia. Saat suhu naik, Uni Eropa memperkirakan kerugian ekonominya akibat cuaca dan tekanan iklim -- yang sudah mencapai sekitar 12 miliar euro per tahun -- akan meningkat.
Sementara negara-negara berkembang menanggung sebagian besar beban dampak iklim saat ini, Eropa juga mengalami tekanan akibat perubahan iklim. Gelombang panas Eropa pada 2019 menyebabkan 2.500 kematian, sementara para petani di Eropa barat menghadapi peningkatan kekeringan, dan musim panas yang terik baru-baru ini mengeringkan aliran sungai di rute pengiriman dan membatasi operasi pembangkit listrik yang menggunakan air sungai untuk pendinginan.
Komisi Eropa pada Rabu mengatakan akan meluncurkan pengamatan data dan alat tentang iklim dan kesehatan guna membangun program yang ada yang dapat melacak kebakaran hutan, kekeringan, dan banjir. Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi ancaman seperti kematian akibat panas atau penyebaran penyakit karena pemanasan global yang dapat mendorong penyakit yang ditularkan vektor ke wilayah baru.
Komisi Eropa juga menguraikan rencana untuk meningkatkan pemodelan risiko iklimnya, yang akan dilakukan pada basis tingkat aset, untuk mengantisipasi risiko yang terkait dengan proyek atau bangunan infrastruktur individu.
Pemodelan risiko iklim Uni Eropa yang lebih baik untuk pengujian tekanan iklim juga akan membantu pemerintah negara-negara EU menilai bagaimana risiko iklim memengaruhi keuangan publik, kata Komisi Eropa, misalnya dengan mengantisipasi pendanaan yang diperlukan untuk pembangunan kembali setelah peristiwa cuaca ekstrem.
Beberapa negara Uni Eropa sudah mulai beradaptasi. Di Belanda yang rawan banjir, Rotterdam memiliki lebih dari 360 ribu meter persegi ruang 'atap hijau' untuk menampung air hujan, sementara kota-kota lain telah menanam untuk membuat hutan mini yang dapat menampung air hujan dan mendinginkan daerah tersebut selama gelombang panas.
Namun, Komisi Eropa tetap saja mengatakan bahwa Eropa 'tertinggal' dalam solusi-solusi fisik penanganan dampak perubahan iklim. Untuk itu, Komisi Eropa berjanji untuk memberi lebih banyak insentif, misalnya melalui skema yang membayar petani untuk menyimpan karbon di lahan mereka.