Kamis 25 Feb 2021 17:16 WIB

Kalah dari Azerbaijan, PM Armenia Dituntut Mundur Militer

Pashinyan menolak permintaan untuk mundur.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan berbicara kepada media setelah pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 11 Januari 2021. Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin menjamu rekan-rekannya dari Armenia dan Azerbaijan, pertemuan pertama mereka sejak gencatan senjata yang ditengahi Rusia mengakhiri enam minggu perebutan Nagorno-Karabakh.
Foto:

Presiden daerah Nagorno-Karabakh, Arayik Harutyunyan, menawarkan diri untuk bertindak sebagai mediator antara Pashinyan dan staf umum. "Kami sudah menumpahkan cukup darah. Saatnya untuk mengatasi krisis dan melanjutkan hidup. Saya di Yerevan dan saya siap menjadi mediator untuk mengatasi krisis politik ini," katanya mendesak semua pihak untuk tidak melakukan eskalasi.

Menyerahkan wilayah

Gencatan senjata ditandatangani oleh para pemimpin Armenia, Azerbaijan, dan Rusia November lalu. Keputusan itu menghentikan aksi militer di dalam dan sekitar daerah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni oleh etnis Armenia.

Berdasarkan perjanjian, pasukan etnis Armenia menyerahkan sebagian wilayah di dan sekitar Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan dalam konflik yang menewaskan ribuan orang. Keputusan ini menimbulkan marah bagi beberapa pihak, termasuk lahirnya demonstrasi yang menuntut Pashinyan mundur sebagai perdana menteri.

Sekitar 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia sekarang dikerahkan ke wilayah tersebut. Rusia juga memiliki pangkalan militer di Armenia, bekas republik Soviet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement