REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud melakukan percakapan perdana via telepon pada Kamis (25/2). Selain membahas hubungan bilateral, mereka turut mendiskusikan isu kawasan.
Dalam pembicaraan itu, Biden menyatakan AS tetap berkomitmen membantu dan melindungi Saudi dari ancaman di Timur Tengah, terutama Iran. "Komitmen AS untuk membantu Arab Saudi mempertahankan wilayahnya saat menghadapi serangan dari kelompok-kelompok yang berpihak pada Iran," kata Biden, seperti dikutip pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Biden turut membahas keamanan regional, termasuk upaya diplomatik untuk mengakhiri perang Yaman. Menurut laporan Saudi Press Agency (SPA), Raja Salman menekankan pentingnya kemitraan kedua negara untuk melayani kepentingan bersama. Hal itu termasuk mencapai keamanan dan stabilitas regional serta internasional.
Biden menyampaikan kepada Raja Salman dia akan bekerja untuk membuat hubungan bilateral sekuat dan setransparan mungkin. "Kedua pemimpin menegaskan sifat historis dari hubungan tersebut dan setuju untuk bekerja sama dalam isu-isu yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama," kata Gedung Putih.
Raja Salman adalah pemimpin negara Teluk pertama yang dihubungi Biden. Dalam dua tahun terakhir, Biden kerap menyorot dan mengkritik kebijakan Saudi di kawasan, terutama terkait konflik Yaman. Dia menyebut Saudi telah membunuh anak-anak dan orang-orang tak berdosa di negara yang dilanda krisis kemanusiaan terburuk di dunia tersebut.
Selama masa kampanye pilpres lalu, Biden berjanji akan mengubah pola hubungan AS dengan Saudi. "Di bawah pemerintahan Biden-(Kamala) Harris, kami akan menilai kembali hubungan kami dengan Kerajaan (Arab Saudi), mengakhiri dukungan AS untuk perang Arab Saudi di Yaman, dan memastikan Amerika tidak memeriksa nilainya di pintu untuk menjual senjata atau membeli minyak," kata Biden pada Oktober lalu.