REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran menuduh Amerika Serikat (AS) telah mengambil keuntungan dengan menjual senjata terhadap pasukan koalisi Arab Saudi dalam perang saudara di Yaman. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa AS dan sekutunya telah melontarkan tuduhan tak bertanggung jawab. Sebaliknya, AS justru menghindari tanggung jawab.
“AS dan sekutu telah mengambil keuntungan dari ‘perdagangan darah’ di Yaman dengan menjual senjata ke koalisi yang dipimpin Saudi. Mereka masih mencoba mengingkari tanggung jawab dan salah mengarahkan opini publik,” ujar Khatibzadeh seperti dilansir Sputnik, Kamis (4/3).
Pernyataan Khatibzadeh muncul satu hari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Iran memperpanjang konflik dengan mendukung kelompok Houthi di Yaman. Keterlibatan Iran di Yaman disebut telah memicu konflik, mengancam eskalasi lebih besar, dan ketidakstabilan regional.
“Houthi menggunakan senjata, intelijen, pelatihan, dan dukungan Iran untuk melakukan serangan yang mengancam sasaran sipil dan infrastruktur di Yaman. Kami akan memastikan Arab Saudi dan mitra regional kami memiliki alat yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri,” jelas Blinken.
Blinken mengatakan AS bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengakhiri konflik. Washington menjadi mitra Arab Saudi sejak 1940-an, tidak hanya menjual senjata canggih, termasuk anggota koalisi lainnya seperti Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Maroko, tetapi juga memberi dukungan logistik yang ekstentif untuk serangan koalisi termasuk informasi penargetan dan layanan pengisian bahan bakar udara.