REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa mengungkapkan, perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak pandemi Covid-19. Sebab mayoritas petugas kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien virus Corona di negara-negara Eropa adalah perempuan.
Dalam laporan mengenai kesetaran gender, Uni Eropa mengatakan selama pandemi kekerasan dalam rumah tangga yang sebagian besar korbannya adalah perempuan juga melonjak tajam. Blok tersebut mengatakan pandemi berdampak secara tidak proporsional pada kehidupan perempuan.
"Sudah banyak bukti yang menunjukkan pencapaian yang diraih dengan susah payah beberapa tahun terakhir 'mundur kebelakang', hak-hak perempuan susah dimenangkan tapi hilang dengan mudah," kata Uni Eropa dalam laporannya, Jumat (5/3).
Laporan itu juga menyebutkan risiko kesehatan perempuan meningkat tajam. Ini mengingat beban kerja dan tantangan untuk menyeimbangkan kehidupan sosial dan kerja juga semakin berat. Perempuan juga memiliki tanggung jawab yang lebih besar selama karantina nasional.
Saat karantina Eropa yang pertama pada musim semi 2020 angka kekerasan dalam rumah tangga di Prancis, Lithuania, Irlandia dan Spanyol meningkat tajam. Laporan ini menunjukkan rentannya keamanan perempuan.
Perempuan banyak bekerja di bidang yang mengharuskan mereka berhadap langsung dengan orang. Karena itu peraturan pembatasan sosial yang bertujuan untuk menahan laju penyebaran virus sangat mempengaruhi perempuan.
"Representasi perempuan yang berlebihan di sektor pekerjaan upah rendah seperti pariwisata, retail, atau layanan personal, membuat pasar tenaga kerja mereka rentan terhadap krisis Covid-19," kata Uni Eropa.
Di awal pandemi angka tenaga kerja perempuan di Uni Eropa lebih rendah dibandingkan laki-laki. Perempuan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.
"Bertolak belakang, di sektor jasa yang tidak begitu terganggu karena sifat aktivitas mereka seperti sektor informasi dan komunikasi, keuangan dan asuransi, yang mempekerjakan laki-laki, angka tenaga kerjanya meningkat," kata laporan Uni Eropa itu.
Blok tersebut memperingatkan bila dibiarkan terus tren ini dapat mengarah uang pensiun pada perempuan lebih rendah. Sehingga memperluas lagi kesenjangan uang pensiun dan ketidaksetaraan lainnya antara perempuan dan laki-laki.