REPUBLIKA.CO.ID, CONAKRY -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan wabah Ebola di Guinea berisiko tinggi menyebar ke negara tetangganya. Beberapa di antaranya disebut tidak siap menghadapi wabah atau kampanye vaksinasi di masa mendatang.
“Ada enam negara tetangga Guinea dan kami melakukan penilaian kesiapan. Dua dari negara-negara itu belum siap dan satu adalah perbatasan dan ada tiga negara yang kurang lebih siap," kata Direktur Darurat Regional WHO Abdou Salam Gueye mengatakan melalui konferensi video dari Guinea pada Jumat (5/3), dikutip laman The Globe and Mail.
Keenam negara itu yakni Senegal, Guinea-Bissau, Mali, Pantai Gading, Sierra Leone, dan Liberia. Menurut Gueye tidak satu pun dari negara tersebut yang benar-benar siap memulai vaksinasi Ebola jika diperlukan.
Selain itu, tidak ada cukup dosis vaksin yang tersedia untuk memulai vaksinasi pencegahan. "Tapi negara-negara tetangga itu menyetujui kerja sama lintas-batas dan koordinasi untuk mengendalikan wabah itu," ujar Gueye.
Perwakilan WHO di Guinea Georges Alfred Ki-Zerbo mengungkapkan sejauh ini negara tersebut telah mengidentifikasi 18 kasus Ebola. Empat pasien di antaranya telah meninggal. Guinea telah memulai kampanye vaksinasi. Sebanyak 1.604 warga di sana telah divaksinasi.
Sebelumnya Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengungkapkan kecepatan Guinea memulai upaya vaksinasi luar biasa. Menurut dia, peran para ahli dari Kongo yang turut menghadapi wabah Ebola berkontribusi signifikan membantu Guinea menangani situasi.
"Orang Afrika yang mendukung sesama orang Afrika untuk menanggapi salah satu penyakit paling berbahaya di planet ini adalah bukti kapasitas tanggap darurat yang telah kami bangun selama bertahun-tahun di benua ini," kata Moeti.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Guinea Remy Lamah mengaku cukup yakin negaranya mampu menangani kemunculan kembali wabah Ebola. Selain sarana, tenaga medis di sana telah terlatih dan berpengalaman menghadapi penyakit tersebut.
Lamah mengungkapkan, pada 2013, Guinea membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memahami bahwa mereka sedang menghadapi epidemi Ebola. "Sementara kali ini, dalam waktu kurang dari empat hari, kami dapat melakukan analisis dan mendapatkan hasilnya. Tim medis kami terlatih dan berpengalaman. Kami memiliki cara untuk segera mengatasi penyakit ini," kata Lamah kepada Reuters pada 15 Februari lalu.