REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Seorang pejabat dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Zaw Myat Linn dilaporkan meninggal dunia dalam tahanan pada Selasa (9/3) waktu setempat. Dia adalah tokoh partai kedua yang meninggal dalam penahanan oleh militer.
Zaw Myat Linn sebagai anggota partai NLD meninggal dalam tahanan setelah dia ditangkap kemudian ditahan di Yangon sekitar pukul 1.30 dini hari, Selasa. "Dia terus berpartisipasi dalam protes," ujar seorang anggota majelis tinggi parlemen Myanmar yang digulingkan, Ba Myo Thein seperti dikutip laman Aljazirah, Rabu.
"Sekarang kerabat mencoba untuk mengambil jenazah di Rumah Sakit Militer," ujarnya menambahkan. Baik militer maupun polisi tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Zaw Myat Linn merupakan anggota partai yang mengelola institut kejuruan di kota terbesar Myanmar. Dia adalah pejabat NLD kedua yang tewas dalam tahanan selama beberapa hari terakhir. Pada Sabtu lalu, Khin Maung Latt, yang bekerja sebagai manajer kampanye untuk anggota parlemen NLD terpilih pada 2020, meninggal setelah dia ditangkap.
Seorang aktivis dan teman Zaw Myat Linn, Maung Saungkha mengatakan, keluarganya dipanggil untuk mengambil jenazah Myat Linn dan tidak diberi tahu bagaimana dia meninggal. Istrinya mengatakan, Zaw Myat Linn memiliki luka besar di perutnya. Surat kabar The Irrawaddy mengutip militer mengatakan, dia melukai dirinya sendiri saat memanjat pagar ketika mencoba melarikan diri.
Kematian mereka telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah militer menyiksa dan membunuh tahanan? Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang telah melacak penangkapan sejak kudeta, sudah lebih dari 60 pengunjuk rasa tewas dalam tindakan keras militer terhadap penentang kudeta, sedangkan hampir 2.000 orang ditahan.
Myanmar jatuh ke dalam krisis pada 1 Februari ketika tentara menahan pemerintah dari pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi hingga merebut kekuasaan melalui kudeta. Protes telah terjadi hampir setiap hari sejak itu. Banyak pegawai negeri dan pekerja sektor swasta meninggalkan pekerjaannya sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil massal.