REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Google sedang meninjau iklan yang dijalankan oleh perusahaan telekomunikasi yang didukung militer Myanmar. Sebelumnya, Google telah menonaktifkan beberapa akun yang terkait dengan militer Myanmar setelah terjadi kudeta.
Sebuah kelompok advokasi, Justice for Myanmar menemukan bahwa Google dan aplikasi pesan Viber milik Rakuten menjalankan iklan baru untuk perusahaan telekomunikasi yang dimiliki militer Myanmar, Mytel. Perwakilan Justice for Myanmar Yadanar Maung menyambut baik langkah Google untuk menonaktifkan beberapa akun yang terkait dengan militer Myanmar.
Namun, Yadanar Maung mengaku "terkejut" bahwa Google dan Viber menjual iklan untuk "bisnis militer Myanmar" yaitu Mytel. Dokumen yang diterbitkan oleh Justice for Myanmar menemukan bahwa Mytel berada di bawah kendali besar militer Myanmar, yang memberikan sumber pendapatan yang signifikan.
“Kepentingan bisnis militer membantu membiayai kekejaman brutal yang mereka lakukan terhadap rakyat Myanmar,” kata Maung.
Diketahui, operator telekomunikasi Vietnam, Viettel yang sebagian dimiliki oleh Kementerian Pertahanan Vietnam juga merupakan pendukung Mytel. Hingga berita ini diturunkan, Mytel, Viber, Rakuten, dan Viettel tidak menanggapi permintaan komentar. Pada 2020, Facebook menghapus puluhan akun pengguna dan halaman yang digunakan secara diam-diam mempromosikan Mytel.