REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Tiga anak dilaporkan termasuk di antara korban tewas di tangan junta dalam gelombang aksi massa damai melawan kudeta militer di Myanmar pada Ahad (14/3). Keluarga dari korban anak serta puluhan orang yang terbunuh selama protes tengah bersiap mengadakan pemakaman dengan turut menyalakan lilin pada Selasa (16/3) waktu setempat.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mencatat, setidaknya tiga anak tewas pada hari demo paling berdarah, Ahad. Korban anak tewas di antaranya seorang gadis berusia 15 tahun. Gadis malang itu termasuk di antara 74 orang yang tewas dalam gelombang protes Ahad.
Sementara itu, pada protes Senin (15/3), sedikitnya 20 orang ditembak mati oleh aparat keamanan. "Korban meningkat secara drastis," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dilansir laman Aljazirah, Selasa (16/3).
AAAP menambahkan, pihaknya telah mengonfirmasi total 183 kematian sejak protes dimulai. Tidak mungkin untuk memverifikasi korban secara independen.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres terkejut dengan meningkatnya kekerasan di tangan militer negara. Dia meminta komunitas internasional untuk membantu mengakhiri penindasan.