REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen mengatakan konflik Suriah telah berlangsung lebih lama daripada gabungan dua perang dunia. Tahun ini, konflik Suriah sudah memasuki tahun kesepuluh.
Pedersen mengungkapkan, selama setahun terakhir, sebagian besar garis depan konflik Suriah cukup stabil. Situasi itu mesti dimanfaatkan untuk membuat kemajuan pada penyelesaian politik.
"Bahaya terbesar dari semuanya adalah bahwa ketenangan yang rapuh terurai, yang mengarah ke badai baru konflik habis-habisan dan semua itu akan berarti bagi warga Suriah, wilayah tersebut, dan sekitarnya," kata Pedersen kepada Dewan Keamanan PBB pada Senin (15/3), dikutip laman Middle East Monitor.
Itulah sebabnya Pedersen selalu menekankan pentingnya mengonsolidasikan ketenangan yang rapuh itu ke dalam gencatan senjata di seluruh Suriah. Pedersen meminta anggota Dewan Keamanan PBB tidak melupakan pentingnya resolusi damai.
"Solusi politik adalah satu-satunya jalan keluar dan saya yakin itu mungkin. Dalam beberapa hal, sekarang lebih mungkin daripada sebelumnya, tetapi untuk mengubah kemungkinan itu menjadi kenyataan, keterlibatan kreatif dan tingkat tinggi dari pemain internasional utama dengan taruhan dalam konflik ini akan dibutuhkan," ujar Pedersen.
Sepuluh tahun konflik Suriah telah menghasilkan kerugian tak ternilai. Hampir setengah juta warga di sana diperkirakan tewas. Sementara sekitar 10 juta lainnya harus melarikan diri dan menjadi pengungsi. Belum ada sinyal nyata bahwa perpecahan dan peperangan di sana akan berakhir dalam waktu dekat. Perundingan perdamaian yang dimediasi PBB selama beberapa putaran selalu gagal menghasilkan kesepakatan atau konsensus di antara para pihak yang bertikai.