Ahad 21 Mar 2021 11:04 WIB

Mayoritas Warga Jerman Tervaksin pada Akhir Musim Panas

Pemerintah Uni Eropa menghadapi kritik atas lambatnya awal kampanye vaksinasi.

 Foto selebaran yang disediakan oleh perusahaan farmasi Jerman BioNTech menunjukkan logo perusahaan di sebuah pabrik di Marburg, Jerman, 20 Januari 2021 (dikeluarkan 10 Februari 2021).
Foto: BIONTEPA-EFE/BIONTECH SE
Foto selebaran yang disediakan oleh perusahaan farmasi Jerman BioNTech menunjukkan logo perusahaan di sebuah pabrik di Marburg, Jerman, 20 Januari 2021 (dikeluarkan 10 Februari 2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pendiri BioNTech optimistis bahwa virus akan terkendali di sebagian besar negara Eropa pada akhir musim panas meskipun peluncuran vaksin berjalan tersendat. Di Jerman, pemilik toko yang tutup dan calon wisatawan semakin gelisah karena pembatasan Covid-19. 

Sekitar 20.000 orang memprotes penguncian di pusat kota Kassel pada Sabtu (20/3). Pemerintah Uni Eropa menghadapi kritik atas lambatnya awal kampanye vaksinasi mereka, dengan pasokan yang tersendat membuat blok tersebut tertinggal jauh di belakang negara-negara seperti Israel, Inggris dan Amerika Serikat.

Baca Juga

Tetapi pendiri BioNTech, Ugur Sahin, mengatakan optimistis masalah tersebut akan bersifat sementara, seraya menambahkan kemungkinan untuk memastikan 70 persen orang Jerman divaksinasi pada akhir September, pada saat itu dia mengatakan virus itu akan jadi masalah kecil."Di banyak negara Eropa dan AS, kami mungkin tidak memerlukan penguncian pada akhir musim panas," katanya kepada surat kabar Welt am Sonntag. 

"Akan ada wabah, tapi itu akan menjadi latar belakang yang bising. Akan ada mutasi, tapi itu tidak akan membuat kita takut."

Hampir 9 persen dari populasi Jerman telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin pada Sabtu (20/3). Sementara itu, Inggris melewati titik setengah jalan dengan 50 persen orang dewasa menerima setidaknya satu dosis.

Di Jerman, penyebaran vaksin yang lamban dan pembatasan yang berkelanjutan sangat membebani nasib kaum konservatif kubu Kanselir Angela Merkel, yang tergelincir dalam pemungutan suara di tahun pemilihan bahkan ketika meningkatnya jumlah kasus Covid-19 tampaknya akan memaksa pihak berwenang untuk mengerem. upaya membuka kembali ekonomi secara bertahap.

Kejadian (penularan) di atas 100 kasus per 100.000 populasi selama seminggu - ambang batas di mana menurut pihak berwenang mereka harus memberlakukan aturan jarak yang lebih ketat untuk menghentikan sistem perawatan kesehatan yang terlalu terbebani.

"Banyak yang kecewa," kata Kepala Pemerintahan konservatif Bavaria Markus Soeder, calon yang kemungkinan akan menggantikan Merkel dalam pemilihan nasional, mengatakan kepada surat kabar Frankfurter Allgemeine.

"Langkah yang salah sekarang berisiko mengubah gelombang ketiga virus ini menjadi gelombang permanen," katanya menjelang pertemuan pada Senin dengan para pemimpin nasional dan regional di mana mereka diharapkan untuk membahas langkah langkah berikutnya mengatasi virus corona.

"Kami memiliki alat: rem darurat. Itu harus diterapkan secara ketat di mana-mana di Jerman," kata Soeder, merujuk pada kemungkinan menghentikan pelonggaran pembatasan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement