REPUBLIKA.CO.ID, NAPOLI -- Penelitian terbaru menemukan bahwa debu dan uap panas letusan gunung Vesuvius pada 79 masehi menghancurkan warga kota Pompeii dalam waktu 15 menit. Diperkirakan sekitar 2.000 orang tewas di kota zaman Romawi kuno itu karena gagal melarikan diri.
Para korban yang tewas tidak karena lava tapi oleh gas dan debu vulkanik yang kemudian tertutup puing letusan gunung meninggalkan jejak fisik yang masih dapat dilihat ribuan tahun setelahnya.
Penelitian Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan University of Bari, Institut Geofisik dan Vulkanik Italia (INGV) dan Badan Survei Geologis Inggris menemukan durasi aliran piroklastik. Aliran lava padat yang bergerak cepat, debu vulkanik dan gas panas yang menghantam Pompeii beberapa menit usai gunung Vesuvius meletus.
"Awan mematikan dengan suhu di atas 100 derajat dan berisi CO2, klorida, partikel abu pijar dan kaca volkanik," kata peneliti senior Observatorium Vesuvius dari INGV, Robert Isaia, seperti dikutip Selasa (23/3) the Guardian.
"Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan sebuah model untuk memahami dan mengukur dampak aliran piroklasik pada wilayah berpenduduk di Pompei, sekitar 10 kilometer dari Vesusius," tambahnya.
Penelitian mengonfirmasi penduduk Pompeii tidak dapat melarikan diri dan sebagian besar meninggal karena lemas di rumah dan tempat tidur mereka atau di jalan-jalan dan alun-alun kota. Model Isaia memperkirakan gas, debu dan partikel vulkanik menyelimuti kota antar 10 hingga 20 menit.
"Mungkin puluhan orang tewas karena hujan lapilli yang jatuh ke Pompeii setelah erupsi, tapi sebagian besar meninggal karena sesak napas," kata Isaia yang menambahkan aliran piroklastik mencapai Pompeii beberapa menit usai letusan.
"Berada selama 15 menit di dalam awan panas itu rasanya pasti serasa selamanya, penduduk tidak bisa membayangkan apa yang sedang terjadi, warga Pompeii terbiasa dengan gempa bumi tapi tidak dengan erupsi, sehingga mereka terkejut dan tersapu oleh abu pijar," tambahnya.