Rabu 31 Mar 2021 15:44 WIB

Investor Tekan Perusahaan untuk Tanggapi Isu Xinjiang China

Sejumlah perusahaan memiliki tantangan untuk mempertahankan bisnis dengan China

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Orang-orang berjalan melewati toko pakaian H&M di Hong Kong, Sabtu (27/3). H&M menghilang dari internet di China ketika pemerintah meningkatkan tekanan pada merek sepatu dan pakaian dan mengumumkan sanksi pada hari Jumat (26/3), terhadap pejabat Inggris di a pertengkaran yang meningkat atas keluhan pelanggaran di wilayah Xinjiang.
Foto:

Aliansi investor menuduh bahwa perusahaan yang menghapus atau memindahkan pernyataan sehubungan dengan Xinjiang melakukannya karena takut akan pembalasan komersial dari pemerintah China. Kelompok itu juga mengatakan, aturan kepatuhan sedang dikembangkan di pasar lain, termasuk Uni Eropa. Aturan itu akan mewajibkan perusahaan untuk sepenuhnya mengungkapkan rantai pasokan.

Pernyataan itu muncul setelah bagian Hak Asasi Manusia di situs web H&M hmgroup.com tidak lagi memuat tautan ke pernyataan 2020 tentang Xinjiang yang terbit pada Jumat 26 Maret. Pernyataan tersebut masih dapat diakses melalui alamat langsung halaman tersebut. Sedangkan, pernyataan Inditex tentang kerja paksa di situsnya tidak lagi tersedia mulai pekan lalu.

H&M kemudian merilis pernyataan pada Rabu (31/3), bahwa komitmennya terhadap China tetap kuat dan didedikasikan untuk mendapatkan kembali kepercayaan pembeli dan mitra. "Kami berdedikasi untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan kepercayaan pelanggan, kolega, dan mitra bisnis kami di China," katanya.

Perusahan mode Swedia itu dalam sebuah pernyataan di situsnya menyatakan akan bekerja sama dengan pemangku kepentingan dan mitra. "Kami yakin dapat mengambil langkah dalam upaya bersama untuk mengembangkan industri mode, serta melayani pelanggan kami dan bertindak dengan cara yang hormat,” katanya.

Selama seminggu terakhir, H&M, Burberry, Nike, Adidas, dan merk Barat lainnya telah diboikot oleh konsumen China. Tindakan itu setelah perusahan-perusahan tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang kerja paksa di Xinjiang yang telah berulang kali dibantah oleh China. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement