Jumat 02 Apr 2021 19:15 WIB

Menlu RI Temui Menlu China Bahas Pembatasan Vaksin Global

Sejak akhir Maret, India menghentikan sementara ekspor vaksin Astrazeneca.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menolak dengan tegas adanya pembatasan pengiriman vaksin secara global. Sebab, adanya pembatasan pengiriman vaksin ini akan semakin memperlambat pemulihan pandemi secara global.

Retno dalam kunjungan kerjanya ke Wuyi, China bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi membahas persoalan vaksin ini. Retno menjelaskan kepada Wang Yi bhawa pembatasan ekspor bagi para produsen vaksin ini sangat berpengaruh pada rantai vaksin dunia.

Baca Juga

"Kalau pelarangan ini terus terjadi maka akan semakin lama dunia akan lepas dari pandemi secara bersama. Pemulihan ekonomi juga lama. Oleh karena itu, saya punya tanggung jawab moral untuk menyerukan kerja sama akses vaksin untuk semua negara bisa terlaksana," ujar Retno di Wuyi, China, Jumat (2/4).

Retno juga menjelaskan adanya pembatasan ekspor vaksin di beberapa negara ini ditengarai karena adanya lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara. Negara negara dengan angka lonjakan kasus yang tinggi ini merasa bahwa pasokan vaksin dipenuhi untuk dalam negeri sendiri terlebih dahulu.

"Sebagaimana diketahui saat ini muncul pembatasan dan ekspor produsen vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. beeberapa negara menghadapi lonjakan kasus. Pembatasan ini sangat berpengaruh lau rantai pasik vaksin dunia," ujar Retno.

Sejak akhir Maret kemarin, India, pembuat vaksin terbesar di dunia, menghentikan sementara ekspor vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh Serum Institute of India (SII), karena para pejabat fokus untuk memenuhi permintaan domestik yang meningkat.

SII akan mengirimkan 90 juta dosis vaksin untuk COVAX selama Maret dan April dan, meskipun belum jelas berapa banyak yang akan dialihkan untuk penggunaan domestik, fasilitator program memperingatkan bahwa penundaan pengiriman tidak bisa dihindari.

Korea Selatan mengonfirmasi hanya akan menerima 432.000 dosis dari 690.000 yang telah dijanjikan, dan pengirimannya akan ditunda hingga sekitar minggu ketiga bulan April.

"Ada ketidakpastian atas pasokan vaksin global, tetapi kami sedang mengerjakan rencana untuk memastikan tidak ada gangguan pada kuartal kedua dan berupaya untuk mendapatkan lebih banyak vaksin," kata Kim Ki-nam, kepala tim satuan tugas vaksinasi Covid-19 Korea Selatan seperti dilansir dari Channel News Asia.

India belum memberikan perincian tentang lamanya pembatasan ekspornya, tetapi UNICEF yang menjadi mitra distribusi COVAX, mengatakan pada akhir pekan bahwa pengiriman diperkirakan akan dilanjutkan pada Mei. Keputusan India adalah yang terbaru dari serangkaian kemunduran terkait Fasilitas COVAX, yang diandalkan oleh 64 negara miskin, setelah gangguan produksi dan kurangnya kontribusi pendanaan dari negara-negara kaya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement