REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Angka kasus infeksi Covid-19 Thailand lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Tetapi kenaikan jumlah kasus positif di tiga bulan pertama tahun ini dua kali lipat dibandingkan tahun lalu dan angka kasus infeksi pun melonjak tajam.
Pada Kamis (15/4), Channel News Asia melaporkan wabah di Thailand terjadi di antara orang muda kaya dan banyak berpindah tempat. Sebagian di antaranya terinfeksi varian baru yang lebih menular yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Pemerintah Thailand mengatakan Menteri Transportasi Saksayam Chidchob tertular Covid-19 dari stafnya yang mendatangi sejumlah klub malam termasuk klub yang media Thailand gambarkan mengabaikan peraturan pembatasan sosial. Hal itu menambah keraguan mengenai keberhasilan pemerintah Thailand dalam mengatasi pandemi virus corona.
Baru-baru ini, Thailand melonggarkan peraturan perbatasan yang berlaku sejak tahun lalu. Kebijakan ini menutup pintu wisatawan ke destinasi pariwisata yang memberi pemasukan bagi jutaan orang. Sejak tahun lalu, Thailand hampir semua orang yang tiba di negara itu wajib melakukan pemeriksaan Covid-19 dan menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
Pemerintah tampaknya enggan menerapkan peraturan ketat seperti jam malam, menutup bar, taman dan mal seperti yang mereka terapkan tahun lalu. Ketika tahun baru Songkran Thai dibatalkan. Liburan tahun ini mendorong jutaan warga Thailand melakukan perjalanan untuk mengunjungi kerabat atau pergi ke pantai.
Beberapa rumah sakit mengeklaim kehabisan alat tes tapi pemerintah mengatakan alasan sebenarnya konsekuensi dari regulasi yang bertujuan baik. Rumah sakit wajib segera menerima pasien yang terinfeksi virus corona tapi kekurangan ranjang untuk mengakomodasi mereka.