REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menuduh Rusia secara mencolok mengancam negara itu menuju kehancuran. Ancaman tersebut dilontarkan karena kekhawatiran peningkatan atas kemungkinan eskalasi permusuhan di timur Ukraina yang dilanda konflik.
Kuleba pun mengutuk situasi keamanan yang memburuk akibat tindakan Kremlin. Dia menuduh para pakar dan pejabat Rusia secara terbuka mengancam Ukraina dengan perang dan penghancuran pemerintahan negara itu.
"Tindakan dan pernyataan Moskow ditujukan untuk meningkatkan ketegangan militer dan merusak upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina," kata Kuleba dikutip dari Aljazirah.
Kuleba juga memperingatkan Moskow agar tidak memulai serangan apa pun ke Ukraina dengan menyatakan intensifikasi eskalasi di wilayah Donbas. Dia menegaskan, Donetsk dan Lugansk merupakan bagian Ukraina dan akan muncul konsekuensi yang sangat menyakitkan bagi Rusia.
"Garis merah Ukraina adalah perbatasan negara bagian. Jika Rusia melewati garis merah, ia harus menderita. Dunia berada di pihak Ukraina dan hukum internasional," kata Kuleba.
Pertempuran semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir di wilayah Donetsk dan Lugansk. Wilayah ini menjadi tempat pasukan pemerintah Kiev memerangi milisi yang didukung Moskow sejak April 2014 setelah pemberontak merebut sebagian wilayah itu.
Sementara itu, Rusia telah mengumpulkan puluhan ribu tentara serta tank dan artileri di dekat perbatasan bersama di wilayah tersebut. Moskow juga telah memobilisasi pasukan di wilayah Laut Hitam Krimea yang dicaplok, yang direbutnya dari Ukraina pada Maret 2014.
Baca juga: Obat Bius Mulai Habis, Pasien di Brasil Diikat Saat Intubasi
Peringatan Kuleba datang ketika para menteri luar negeri Lithuania, Latvia, dan Estonia tiba di Ukraina pada Kamis (15/4) pagi untuk menunjukkan solidaritas dalam menghadapi peningkatan militer Rusia. Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis mengatakan bahwa Ukraina tidak akan pernah sendirian. "Kami mendukung Anda, kami berdiri dalam solidaritas," ujar Landsbergis.
Rusia sebelumnya mengatakan pergerakan pasukannya tidak menimbulkan ancaman dan hanya bersifat defensif. Kremlin juga menyatakan unit militer akan tetap di posisinya selama Kremlin mau.