Jumat 23 Apr 2021 12:40 WIB

Dokter Minta Alexei Navalny Hentikan Aksi Mogok Makan

Barat telah memperingatkan Rusia akan ada konsekuensi jika Navalnya meninggal.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 FILE - Pada file foto Sabtu 29 Februari 2020 ini, aktivis oposisi Rusia Alexei Navalny mengambil bagian dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.
Foto: AP/Pavel Golovkin
FILE - Pada file foto Sabtu 29 Februari 2020 ini, aktivis oposisi Rusia Alexei Navalny mengambil bagian dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Tim medis Alexei Navalny memintanya untuk 'segera' menghentikan aksi mogok makan. Kritikus Kremlin itu mengaku sangat 'bangga dan penuh harapan' setelah banyak masyarakat di seluruh Rusia yang menggelar unjuk rasa atas namanya.

Dokter-dokter Navalny sempat dilarang memeriksa kondisi pasien mereka di penjara. Kini mereka memintanya untuk 'menghentikan aksi mogok makan untuk menyelamatkan nyawanya Navalny.

Baca Juga

"Bila mogok makan dilanjutkan sedikit lebih lama, kami akan tidak lagi memiliki orang yang perlu dirawat," kata kardiolog  Yaroslav Ashikhmin dan empat dokter lainnya dalam pernyataan yang dirilis situs berita Mediazona, seperti dikutip Deutsche Welle, Jumat (23/4).

Negara-negara Barat sudah memperingatkan Rusia akan menghadapi 'konsekuensi' bila Navalny meninggal dunia. Ribuan orang juga turun ke jalan di berbagai kota di seluruh Rusia menuntut Navalny dibebaskan.

Polisi Rusia menangkap lebih dari 1.500 orang yang turun ke jalan karena tidak senang dengan perlakuan pemerintah terhadap Navalny. Dalam sebuah unggahan di media sosial Instagram, Navalny berterimakasih pada pengunjuk rasa dan menyebut mereka sebagai 'penyelamat Rusia'.

Pria berusia 44 tahun itu tidak selalu mengetahui 'apa yang sebenarnya terjadi' di luar penjara. Sebab ia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Namun pada Kamis (22/4) kemarin pengacaranya mengunjunginya dan memberitahunya apa yang terjadi pada pekan ini.  "Dan dengan tulus saya katakan, ada dua perasaan yang bergejolak di dalam diri saya; bangga dan berharap," kata Navalny.

"Rakyat turun ke jalan, itu artinya mereka tahu dan memahami segalanya, mereka tidak akan menyerah untuk masa depan anak-anak mereka, negara mereka, ya terkadang sulit dan gelap," tambahnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement