REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dalam sebuah surat pada Sabtu (24/4), bahwa pengakuan genosida adalah upaya menguak kebenaran.
Biden sebelumnya mengatakan pembantaian 1915 dan deportasi paksa orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman merupakan genosida.
"Pengakuan genosida adalah persoalan kebenaran, keadilan historis, dan keamanan bagi Republik Armenia, terutama terkait peristiwa yang terjadi di wilayah kami tahun lalu," kata Pashinyan dalam sebuah surat kepada Biden yang dipublikasikan di situsnya.
Konflik enam minggu antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh dan daerah sekitarnya dihentikan oleh kesepakatan yang ditengahi Rusia pada November. Hasil dari perundingan itu mengunci keuntungan teritorial Azerbaijan yang didukung oleh sekutu dekatnya Turki.
Azerbaijan mengatakan pernyataan Biden salah menggambarkan peristiwa yang terjadi 100 tahun lalu.
"Pemalsuan sejarah, upaya untuk menulis ulang sejarah dan penggunaannya untuk tekanan politik tidak dapat diterima," kata Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.