Selasa 27 Apr 2021 02:48 WIB

2 Vaksin China Ajukan Aplikasi Resmi Bergabung dengan Covax

Sinopharm dan Sinovac akan ditinjau oleh WHO.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang dokter menerima vaksin virus Corona Sinopharm dari seorang perawat di pusat vaksinasi, di Karachi, Pakistan, Rabu, 3 Februari 2021. Otoritas Pakistan mulai memvaksinasi petugas kesehatan garis depan pada Rabu di tengah penurunan yang stabil dalam kasus dan kematian yang dikonfirmasi, dan beberapa hari setelah Pakistan menerima setengah juta dosis vaksin Sinopharm yang disumbangkan oleh China.
Foto: AP / Fareed Khan
Seorang dokter menerima vaksin virus Corona Sinopharm dari seorang perawat di pusat vaksinasi, di Karachi, Pakistan, Rabu, 3 Februari 2021. Otoritas Pakistan mulai memvaksinasi petugas kesehatan garis depan pada Rabu di tengah penurunan yang stabil dalam kasus dan kematian yang dikonfirmasi, dan beberapa hari setelah Pakistan menerima setengah juta dosis vaksin Sinopharm yang disumbangkan oleh China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri China mengatakan Sinopharm dan Sinovac telah mengajukan aplikasi resmi untuk bergabung dengan Covax. Namun, para ahli mempertanyakan apakah kedua perusahaan tersebut memiliki kapasitas untuk menutup celah langsung dalam rantai pasokan.

Kedua vaksin itu kini akan ditinjau oleh regulator global untuk pertama kalinya. Ini menjadi sebuah langkah yang dapat memiliki implikasi luas dalam peluncuran vaksin di seluruh dunia.

Baca Juga

Dilansir Asia One, sejumlah perusahaan farmasi China telah menghadapi pengawasan ketat karena tidak merilis data rinci mengenai seberapa efektif vaksin yang dikembangkan, sebelum digunakan. Namun, saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memutuskan apakah produk vaksin tersebut dapat dilisensikan untuk penggunaan darurat, yang menjadi ‘cap’ persetujuan yang diakui secara global.

Perusahaan telah menandatangani kesepakatan untuk mendistribusikan jutaan dosis dan bahan curah ke luar negeri. Sementara, Cina menghadapi perlombaan dengan waktu untuk memenuhi target vaksinasi 40 persen dari populasinya pada akhir Juni.

“Tantangan bagi perusahaan farmasi China adalah memenuhi permintaan pasokan Covax dan pada saat yang sama, memproduksi vaksin dalam dosis yang cukup untuk program inokulasi ambisius Cina,” kata Nicholas Thomas, seorang profesor di City Universitas Hong Kong sekaligus spesialis keamanan kesehatan global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement