REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia prihatin atas situasi di Myanmar. Demikian disampaikan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Senin (26/4).
Peskov mengatakan, Kremlin mengikuti situasi di negara itu dengan cermat dan mengutuk tindakan kekerasan apa pun yang menyebabkan korban sipil.
"Kami sangat prihatin dan mengamati dengan penuh perhatian apa yang terjadi di Myanmar. Kami mengutuk keras tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia di antara penduduk sipil," kata dia.
"Tetapi Myanmar harus mengatasi masalahnya sendiri," tambah Peskov.
Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/rusia-prihatin-atas-kekerasan-di-myanmar/2221731.
Setidaknya 751 orang tewas dalam tindakan keras militer terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di Myanmar. Laporan itu menurut angka terbaru yang dirilis oleh kelompok pengawas HAM.
Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan, pada Ahad (25/4) malam, sebanyak 3.431 orang ditahan dan 79 orang di antaranya dijatuhi hukuman. Kekerasan masih terus berlanjut meski para pemimpin negara Asia Tenggara (ASEAN) berkumpul pada Sabtu di Jakarta untuk membahas situasi di Myanmar.