REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pertempuran hebat meletus di pos terdepan tentara Myanmar dekat perbatasan timur dengan Thailand pada Selasa pagi (27/4)
Daerah tesebut sebagian besar dikuasai oleh pasukan tentara etnis Karen. Persatuan Nasional Karen (Karen National Union) mengklaim telah merebut posisi yang diduduki militer dalam beberapa bentrokan paling sengit sejak kudeta 1 Februari yang menjerumuskan Myanmar ke dalam krisis.
Pertempuran itu juga meletus tiga hari setelah para pemimpin Asia Tenggara di Jakarta pada Sabtu mencapai konsensus dengan junta untuk mengakhiri kekerasan.
Penduduk desa di seberang sungai Salween di Thailand mengatakan baku tembak hebat dimulai sebelum matahari terbit. Pasukan KNU telah merebut pos terdepan sekitar pukul 5 pagi hingga 6 pagi waktu setempat, ungkap kepala urusan luar negeri kelompok itu, Padoh Saw Taw Nee, tulis Channel News Asia mengutip Reuters.
Dia mengatakan kamp tersebut telah diduduki dan dibakar dan kelompok Karen masih memeriksa korban jiwa. Juru bicara Karen juga mengatakan telah terjadi pertempuran di lokasi lain, tetapi tidak memberikan rincian.
Pangkalan militer di perbatasan Thailand sebagian besar telah dikepung oleh pasukan KNU dan makanan telah menipis di sana dalam beberapa pekan terakhir, menurut penduduk desa Thailand yang telah melakukan kontak dengan tentara tersebut.
Seorang pejabat Thailand dari provinsi Mae Hong Son mengatakan satu orang terluka di Thailand selama pertempuran itu, tetapi tidak memiliki rincian lebih lanjut. Kelompok Karen mengatakan 24.000 orang telah mengungsi akibat kekerasan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk serangan udara oleh angkatan udara Myanmar, dan berlindung di hutan.
Media Myanmar melaporkan setidaknya satu orang ditembak mati di kota Mandalay pada hari Senin, dua hari setelah pertemuan pemimpin ASEAN di Jakarta yang meminta kekerasan dan pembunuhan dihentikan.