REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China dan Jepang saling tuduh melakukan perilaku yang tidak pantas. Perang argumen ini terjadi setelah seorang pejabat pemerintah China mengunggah di Twitter sebuah gambar sindiran untuk menunjukkan limbah nuklir dituangkan ke laut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, berkicau pada Senin (26/4) gambar "Ombak Kanagawa yang Dahsyat" yang dibuat pada abad ke-19 oleh seniman Hokusai. Namun, gambar itu diubah untuk menunjukkan limbah nuklir hijau yang dibuang ke laut oleh dua orang dengan Hazmat oranye dari perahu. Dalam gambar yang dibuat oleh ilustrator China, Gunung Fuji di latar belakang digantikan oleh menara pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir.
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi, ketika ditanya tentang kicauan itu sehari setelahnya mengatakan tidak akan mengomentari setiap unggahan seseorang di tingkat sekretaris pers. Namun, dia menegaskan, Jepang mengajukan protes keras dan mengupayakan penghapusan kicauan itu melalui saluran diplomatik.
"Anda bertanya apakah saya akan menghapus kicauan dan meminta maaf. Anda mungkin memperhatikan, saya telah menyematkan tweet di bagian atas," kata Zhao pada jumpa pers reguler di Beijing, Rabu (28/4).
"Ilustrasi itu menunjukkan panggilan yang benar dari rakyat. Itu artinya pemerintah Jepang perlu mencabut keputusan yang salah dan meminta maaf," kata Zhao.
Sebagai balasan pernyataan terbaru Zhao, Motegi mengatakan bahwa cicitan tidak berperasaan tidak boleh diizinkan.
Adu komentar sengit itu terjadi di tengah kemarahan China atas pernyataan baru-baru ini oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Mereka berdua setuju untuk menghadapi China atas berbagai masalah dari Taiwan hingga Muslim Uighur di wilayah Xinjiang.
Awal bulan ini, Jepang mengatakan akan melepaskan air yang terkontaminasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut. Pernyataan ini membuat marah China dan menyatakan rencana itu sangat tidak bertanggung jawab.