REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK — Sebanyak ribuan warga di Karen, sebuah desa etnis di Myanmar dilaporkan siap melarikan diri ke Thailand, menyusul situasi konflik di negara itu yang terjadi pasca-kudeta militer mulai 1 Februari.
Menurut laporan, warga di desa Karen terlibat dalam pertempuran dengan militer Myanmar di area dekat dengan perbatasan Thailand. Akibat situasi kekacauan, penduduk desa mulai khawatir dan sebagian besar melarikan diri dari rumah mereka.
“Orang-orang mengatakan Burma akan datang dan menembak kami, jadi kami melarikan diri ke sini,” ujar Chu Wah, seorang warga di Desa Karen yang menyeberang ke Thailand bersama keluarganya.
Chu Wah sebelumnya berada di kamp pengungsian Ee Thu Hta, hingga kemudian situasi konflik semakin memanas. Ia mengatakan harus melarikan dengan dengan menyeberang sungai karena khawatir pertempuan antara militer dan etnis Karen menjadi lebih buruk.
Organisasi Karen Peace Support Network mengatakan ribuan warga desa berlindung di wilayah perbatasan dan mereka bersiap melarikan diri ke Thailand jika pertempuran semakin buruk.
Setidaknya diperkirakan ada lebih dari 8.000 penduduk etnis di sepanjang Sungai Salween yang harus mengungsi ke Negeri Gajah Putih tersebut.
“Kami berharap tentara Thailand akan membantu mereka melarikan diri dari perang,” ujar organisasi tersebut melalui unggahan di jejaring sosial Facebook, seperti dilansir Metro.US, Juma (30/4).
Kelompok pemberontak Karen menyerbu unit tentara Myanmar yang berjaga di tepi barat Salween pada Selasa (27/4) lalu, dałam serangan menjelang fajar. Ada 13 tentara yang dilaporkan tewas.
Atas serangan itu, militer Myanmar menanggapi serangan Utara di beberapa daerah dekat perbatasan Thailand. Sementara itu, pihak berwenang Thailand mengatakan sebanyak hampir 200 orang dari Myanmar memasuki wilayah negara pada pena ini.
Ratusan penduduk desa di Thailand yang berada di wilayah dekat perbayasan Myanmar juga telah mengungsi karena situasi yang tidak aman. Dalam sebuah laporan, warga bernama Warong Tisakul mengatakan ia beraam keluarganya pindah sementara ke daerah lain di negara itu.
“Situasi ketegangan telah meningkat sehingga kami tidak dapat kembali. Petugas keamanan juga tidak akan membiarkan,” ujar Tisakul yang berasal dari Desa Mae Sam Laep, pemukiman di perbatasan Thailand yang berada dekat seberang pos tentara Myanmar.