REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berencana melakukan kunjungan ke Eropa pada Juni mendatang. Di sela-sela lawatannya ke Benua Biru, dia ingin melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Itu adalah harapan dan ekspektasi saya (bertemu Putin). Kami sedang mengusahakannya,” kata Biden kepada awak media setelah menyampaikan pidato tentang respons AS terhadap pandemi Covid-19 pada Selasa (4/5).
Biden diagendakan menghadiri KTT G7 di Cornwall, Inggris, pada 11-13 Juni. Setelah itu, dia bakal bertolak ke Brussels, Belgia, untuk bertemu para pemimpin Uni Eropa dan berpartisipasi dalam pertemuan puncak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Hubungan Rusia dan AS memanas setelah Biden membuat pernyataan menohok tentang Putin. Dia menyebut Putin sebagai pembunuh dan tak memiliki jiwa. Pernyataan itu dibuat Biden saat mengomentari kasus peracunan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Merespons komentar Biden, Rusia menarik duta besarnya dari Washington pada Maret lalu.
Pada 15 April, AS mengumumkan pengusiran 10 diplomat Rusia dari negaranya. Washington pun menjatuhkan sanksi kepada 32 individu dan enam perusahaan Moskow. "Sepuluh diplomat yang diusir termasuk perwakilan dari dinas intelijen Rusia," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, 32 individu dan entitas serta enam perusahaan Rusia dituduh mencampuri penyelenggaraan pemilihan presiden AS tahun lalu. Moskow telah berulang kali membantah tudingan yang menyebutnya mengintervensi perhelatan pilpres AS.
Setelah mengambil serangkaian langkah tersebut, Biden mengutarakan keinginannya untuk bertemu Putin. Namun, bulan lalu Kremlin menyebut terlalu dini untuk membicarakan kemungkinan pertemuan semacam itu.