Selasa 11 May 2021 13:30 WIB

PM Singapura Kutuk Serangan Terhadap Warga Keturunan India

Warga keturunan India di Singapura dianiaya karena tidak memakai masker

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong
Foto: EPA-EFE/APEC CEO
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengutuk dugaan serangan rasis terhadap seorang perempuan lokal keturunan India. Media melaporkan dia ditendang dan dianiaya karena tidak mengenakan masker.

Dalam sebuah posting Facebook pada Senin (10/5) malam, Lee mengatakan beberapa orang mungkin cemas dan stres karena pandemi Covid-19. Namun, dia menekankan tidak membenarkan sikap dan tindakan rasis. "Apalagi melecehkan dan menyerang seseorang secara fisik karena dia berasal dari ras tertentu, di kasus ini orang India," ujarnya.

Baca Juga

Media lokal melaporkan perempuan Singapura berusia 55 tahun itu sedang berjalan cepat pada 7 Mei ketika seorang pria meneriakkan hinaan rasial padanya karena tidak mengenakan masker di atas hidungnya. Pria tersebut pun menendang dada perempuan itu.

Masker wajib di depan umum di Singapura, tetapi bisa dilepas saat berolahraga, termasuk jalan cepat. Dugaan serangan itu terjadi ketika Singapura memperketat aturan jarak sosial dan dengan pihak berwenang mendeteksi peningkatan jumlah varian virus korona yang didapat secara lokal, termasuk varian yang lebih menular yang pertama kali terdeteksi di India.

"Kami merasa geram ketika orang Asia diserang hanya karena ras mereka di negara lain. Jangan biarkan perilaku seperti itu mengakar di sini," kata Menteri Kelestarian dan Lingkungan, Grace Fu.

Pusat keuangan dan perdagangan juga menjadi rumah bagi pekerja asing dari banyak negara, dan memiliki undang-undang yang ketat untuk menjaga keharmonisan antara ras dan agama yang berbeda. Etnis India membentuk sekitar 7,5 persen populasi lokal Singapura, sedangkan orang China membentuk sekitar tiga perempat populasi diikuti oleh sekitar 15 persen orang Melayu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement