REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Serangan brutal polisi Israel terhadap jamaah Muslim di Yerusalem Timur bertujuan membagi Masjid Al-Aqsa menjadi dua bagian. Meski melakukan tindakan tersebut, Tel Aviv percaya teman-teman barunya di rezim Arab akan menangkis serangan balik dari dunia Muslim.
"Ini adalah upaya terus menerus oleh Zionis untuk mengosongkan Yerusalem dari Palestina dan menempatkan orang Yahudi," kata Sami Al-Arian, pakar kebijakan global asal Palestina yang berbasis di Istanbul, kepada Anadolu Agency.
"Pemukim ekstremis mencoba memaksa pembagian Al-Aqsa menjadi wilayah Yahudi dan Muslim seperti yang mereka lakukan dengan Masjid Ibrahimi di Hebron beberapa dekade lalu. Tetapi orang-orang Palestina di Yerusalem melawan dan itulah mengapa terjadi bentrokan, karena tentara bertindak atas nama para pemukim," kata Al-Arian, yang memimpin Pusat Islam dan Urusan Global (CIGA) di Istanbul.
Sejak Jumat malam, polisi Israel melancarkan serangan terhadap jamaah Muslim malam di dalam Masjid Al-Aqsa yang mengakibatkan ratusan warga Palestina terluka. Israel juga melanjutkan serangannya secara berkala terhadap Muslim saat menjalankan salat tarawih.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang Yahudi menyebut daerah itu "Temple Mount" dan mengeklaim tempat itu sebagai situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel tahun 1967 dan mencaplok seluruh kota pada tahun 1980 - sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.