REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah laporan mengungkapkan bahwa ada penggunaan kerja paksa terhadap etnis Uighur oleh China dalam rantai pasokan global manufaktur panel surya. Studi oleh Universitas Sheffield Hallam Inggris mengatakan, ada pemindahan tenaga kerja China di wilayah Xinjiang.
Laporan tersebut menyatakan, 45 persen produsen polisilikon dunia diproduksi di Xinjiang. Polisilikon merupakan bahan utama yang digunakan dalam 95 persen modul surya.
Investigasi menetapkan bahwa banyak produsen utama bahan baku China yang memproduksi polisilikon tingkat surya, menggunakan transfer kerja paksa dari penduduk asli di wilayah tersebut. Investigasi juga menyatakan bahwa banyak dari pabrikan ini memiliki hubungan yang menguntungkan dengan Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang.
"Pengadopsian tenaga kerja wajib oleh produsen ini memiliki dampak signifikan pada produsen modul surya di hilir dan bagi pemerintah, pengembang, dan konsumen yang membelinya," kata laporan itu, dilansir Aljazirah, Ahad (16/5).
Permintaan panel surya telah meningkat seiring dengan semakin banyaknya negara yang berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Para peneliti mengidentifikasi 90 perusahaan China dan internasional yang rantai pasokannya terkait dengan kerja paksa.
Mereka meminta produsen panel surya untuk menilai rantai pasokan mereka. Jika rantai pasok mereka diproduksi dengan sistem kerja paksa, maka mereka dapat mencarinya ke tempat lain. Laporan itu bertujuan untuk memberikan bukti kepada para pemangku kepentingan, yang menjadi dasar untuk menilai risiko paparan kerja paksa dalam rantai pasokan tenaga surya.
Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard mengatakan, sekitar satu juta orang Uighur dan sebagian besar etnis minoritas Muslim ditahan secara sewenang-wenang di wilayah Xinjiang. Sementara, Presiden AS Joe Biden akan mendesak sekutunya untuk meningkatkan tekanan pada Beijing atas dugaan kerja paksa.