REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas membantah laporan telah menyetujui gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi Mesir. Hamas menyebut belum ada kerangka waktu khusus untuk hal semacam itu.
"Laporan yang diedarkan oleh beberapa media musuh (Israel) tentang Hamas menerima gencatan senjata pada hari Kamis tidak benar," kata pemimpin Hamas Izzat al-Rishq lewat akun Twitter pribadinya pada Rabu (19/5), dikutip laman Anadolu Agency.
Namun, Al-Rishq membenarkan bahwa upaya mediasi yang serius sedang berlangsung. Pada Selasa (18/5), Israeli Channel 12 melaporkan bahwa Mesir mengusulkan gencatan senjata antara Israel dan faksi-faksi Palestina yang berbasis di Jalur Gaza. Hal itu disebut bakal berlaku mulai Kamis (20/5).
"Kairo menyarankan gencatan senjata dimulai dari pukul 6 pagi Kamis depan," kata Channel 12, seraya menambahkan bahwa Hamas telah menyetujui proposal tersebut.
Sejak 10 Mei lalu, Israel telah melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut, setidaknya 219 warga Gaza telah tewas, termasuk 63 anak-anak dan 36 wanita. Sementara korban luka sedikitnya mencapai 1.530 orang.
Serangan roket Hamas ke wilayah Israel juga menyebabkan 10 orang tewas. Eskalasi pertempuran antara Hamas dan Israel di Gaza berkaitan dengan memanasnya situasi di Yerusalem Timur, termasuk di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa. Warga Palestina di sana diketahui menggelar aksi demonstrasi menentang rencana Israel menggusur sejumlah keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah.