Sabtu 22 May 2021 14:33 WIB

Gencatan Senjata, Aktivis Palestina: Rasa Kami Campur Aduk

Setiap orang berlari menuju Central Plaza di Gaza membawa bendera Palestina.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah
 Seorang anak mengibarkan Palestina berdiri di atas reruntuhan gedung al-Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.  Sejumlah media internasional menempati gedung al-Jalaa, termasuk kantor berita Associated Press yang telah berkantor di sana selama 15 tahun. Ratusan warga Gaza berjalan melewati reruntuhan sebuah gedung yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.
Foto: AP/John Minchillo
Seorang anak mengibarkan Palestina berdiri di atas reruntuhan gedung al-Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat. Sejumlah media internasional menempati gedung al-Jalaa, termasuk kantor berita Associated Press yang telah berkantor di sana selama 15 tahun. Ratusan warga Gaza berjalan melewati reruntuhan sebuah gedung yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel dan Hamas resmi saling melakukan gencatan senjata dan mengakhiri peperangan yang berlangsung selama 11 hari ini. Aktivis asal Palestina, Abeer Z Barakat, menyebut perasaan orang Palestina saat ini campur aduk.

"Sejak gencatan senjata berlaku efektif pukul dua pagi, setiap orang berlarian, termasuk saya dan keluarga, menuju Central Plaza di Gaza membawa bendera Palestina. Kami merayakan hal ini," kata dia dalam webinar bersama Republika.co.id, Sabtu (22/5).

Baca Juga

Ia menyebut momen saat itu sangat indah dan menggembirakan. Banyak orang tua yang merayakan ini dengan menggemakan takbir mengingat serangan yang dilakukan Israel dimulai beberapa hari sebelum akhir Ramadhan.

Selama serangan, ia menyebut rakyat Palestina belum sempat merayakan Idul Fitri. Bahkan, mereka tidak sempat mendengarkan orang-orang bertakbir karena serangan yang dilakukan Israel sangat masif. Kondisi saat ini sungguh membahayakan jika berada di luar rumah.

Saat kami berkumpul di Central Gaza, perasaan rakyat Palestina digambarkan sangat emosional. "Saya tidak bisa berhenti menangis karena bahagia dan sedih mengingat banyak nyawa yang tidak bersalah menjadi korban dari serangan ini. Banyak yang kehilangan rumah dan bisnis mereka," lanjut Abeer Barakat.

Wanita yang menjadi dosen bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Ilmu Terapan (UCAS) Gaza ini juga menyebut serangan yang dilakukan oleh Israel bertujuan menjadikan Palestina kehilangan harapan. Serangan yang diluncurkan tidak menargetkan Hamaz seperti yang mereka bilang, tetapi menargetkan kehidupan Palestina di Gaza.

Akibat dari serangan tersebut, banyak aktifitas yang terganggu, termasuk bagi mereka yang kerap membantu masyarakat sekitar. Banyak orang kaya yang biasanya memberikan bantuan, kini usahanya terkena serangan Israel.

Kondisi Gaza saat ini terasa bahagia, tapi tercampur dengan perasaan sedih. Abeer Barakat menyebut banyak warga yang merasa tidak aman dan berpikir apakah serangan ini akan kembali berlanjut pada masa depan yang tidak diketahui.

Serangan yang dilakukan oleh Israel ini berkelanjutan dari tahun ke tahun. Secara pribadi, ia menyebut telah menjadi saksi mata serangan yang dilakukan Israel selama empat kali, pada 2008, 2012, 2014, dan 2021.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement