REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Sebuah peternakan ikan di Kota Beit Lahiya, Jalur Gaza, hancur total dalam serangan udara Israel, melenyapkan satu-satunya sumber pendapatan Iyad Al-Attar dalam sekejap.
"Ini adalah bencana yang menghancurkan," keluh warga Palestina berusia 46 tahun itu.
Bagi Al-Attar, peternakan ikan menjadi penyelamat baginya dan keluarganya. Peternakan dan daerah sekitarnya menjadi sasaran penembakan Israel tanpa pandang bulu, menimbulkan kerugian materi sekitar USD35.000, termasuk hilangnya 5.000 kilogram ikan nila.
Tingkat kerusakan sangat terlihat di dalam peternakan. Ikan-ikan berserakan di mana-mana dan Al-Attar dengan putus asa berusaha menyelamatkan sejumlah ikan yang masih hidup dengan memindahkannya ke baskom bersih.
Sementara itu, salah satu putranya berupaya menyingkirkan ikan mati dan puing-puing dari dalam tangki air. Al-Attar mengatakan dia tidak memiliki sarana lain untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari 10 anak, dua di antaranya sudah menikah.
Dia mengatakan putranya, Deeb, yang menderita masalah reproduksi, berharap dapat menggunakan pendapatan dari peternakan ikan pada akhir Mei untuk membiayai perawatan medisnya.
"Kami terkejut dengan kehancuran peternakan dan ikan-ikan kami tanpa alasan. Kami menunggu musim ikan tahun ini untuk membayar utang dan mengobati salah satu putra saya sehingga dia dapat memiliki anak. Harapan kami semua hancur sekarang," kata Al-Attar.
Sedikitnya 284 warga Palestina gugur di Tepi Barat dan Jalur Gaza akibat serangan tentara Israel sejak April, menyusul putusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Sebanyak 13 warga Israel juga tewas dalam serangan roket Palestina dari Jalur Gaza.
Pertempuran yang paling sengit dalam beberapa tahun ini terhenti pada Jumat di bawah gencatan senjata yang ditengahi Mesir. Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Perumahan Palestina, 2.000 bangunan hancur total dalam serangan Israel di Gaza dan 15.000 bangunan menjadi tidak bisa digunakan.