REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Korban tewas akibat serangan milisi terparah dalam beberapa tahun terakhir di Burkina Faso naik menjadi 132. Hal itu menurut pemerintah setempat pada Sabtu (5/6), setelah kelompok bersenjata mengepung sebuah desa di wilayah timur laut.
Mereka menyerang pada Jumat (4/6) malam, membunuh warga desa Solhan di Provinsi Yagha, yang bebatasan dengan Nigeria. Para penyerang juga membakar rumah dan pasar, demikian penyataan pemerintah.
Otoritas mengumumkan masa berkabung nasional 72 jam, menggambarkan penyerang sebagai teroris, meski tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Sebanyak 40 warga lainnya terluka, kata juru bicara pemerintah Ousseni Tamboura kepada wartawan.
Perserikatan Bangsa Bangsa mengatakan Sekjen Antonio Guterres berang dengan serangan tersebut, yang korbannya melibatkan tujuh anak. Kendati ada kehadiran ribuan penjaga perdamaian PBB, serangan kelompok yang terkait dengan al Qaeda dan ISIS di kawasan Sahel Afrika Barat melonjak tajam sejak awal tahun, terutama di Burkina Faso, Mali dan Nigeria, dengan warga sipil yang menanggung bebannya.
Kekerasan di Burkina Faso menyebabkan lebih dari 1,14 juta orang mengungsi hanya dalam waktu dua tahun, selagi negara miskin dan gersang itu menampung sekitar 20.000 pengungsi dari negara tetangga Mali. Serangan terbaru kelompok bersenjata di kawasan Sahel menambah korban tewas menjadi 500 lebih sejak Januari, menurut direktur Human Rights Watch Afrika Barat Corinne Dufka.
"Alurnya yakni para milisi datang, mereka menguasai pos pertahanan sipil dan terlibat dalam hukuman kolektif terhadap semua desa - sebuah pola yang kami temui di mana pun tahun ini," kata Dufka.
Pada Maret para penyerang menewaskan 137 orang dalam serangan terencana di desa wilayah barat daya Nigeria.