REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara menuduh Israel melakukan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan menargetkan anak-anak selama Operation Guardian of the Walls bulan lalu. Kementerian Luar Negeri di Pyongyang menyatakan, Tel Aviv melakukan aksi terorisme.
"Israel memiliki semangat misantropis yang ekstrem dan ambisi untuk ekspansi teritorial dan terlibat dalam terorisme yang disponsori negara dan tindakan melenyapkan negara lain," kata Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Menurut pernyataan tersebut, bukan hal berlebihan jika menyatakan seluruh Jalur Gaza telah berubah menjadi rumah jagal manusia yang besar dan tempat pembantaian anak-anak. Korea Utara mengatakan tindakan yang dituduhkan Israel adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang menantang masa depan umat manusia.
"Menabur benih kebencian dengan menekan upacara doa damai [orang Palestina],” ujar Pyongyang merujuk pada aksi polisi memasuki Masjid al-Aqsa untuk memadamkan kerusuhan, dikutip dari Jerusalem Post.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun dinilai berusaha menyembunyikan kejahatan dengan membunuh, bahkan terhadap anak-anak. Padahal, mereka mengeklaim sebagai satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah.
Korea Utara memiliki sejarah panjang menyatakan tindakan anti-Israel, termasuk mengirim pilot untuk membantu Mesir dalam Perang Yom Kippur dan memasok senjata ke musuh-musuh Israel, seperti Iran dan Suriah. Pyongyang telah membantu Suriah mengembangkan senjata nuklir, yang dihancurkan Israel pada 2007.